Advertorial

Kastuba, Tanaman Khas Menjelang Natal Ini kan Cantik Bila ‘Dipingit’ Lebih Dahulu

Moh Habib Asyhad

Editor

Intisari-Online.com – Menjelang Natal, tahun baru Masehi, dan Imlek, tanaman ini banyak dicari. Warnanya yang merah menyala cocok dijadikan kembang hiasan.

Di balik rupanya yang cantik, tanaman ini punya perilaku unik. Warna ngejrengnya hanya akan keluar jika ia dipingit.

Sehari-hari tanaman ini dikenal sebagai kastuba. Di Sunda, ia disebut sebagai ki geulis, yang secara harfiah berarti pohon cantik.

Cocok benar dengan rupanya yang memang cantik menawan dengan warna daun merah merona.

(Baca juga:Menghias Pohon Pisang Hingga Makan KFC, Inilah 6 Negara Dengan Tradisi Natal yang Unik!)

(Baca juga:Menurut Sains, Ini Alasan Mengapa Sebaiknya Berpikir Ulang untuk Membeli Cemara Hidup sebagai Pohon Natal di Rumah)

Di Indonesia, tanaman ini biasa tumbuh secara alami di daerah dataran tinggi, misalnya di kawasan Puncak, Cianjur, atau lereng Bromo.

Di sana, kastuba biasa dijumpai di pinggir-pinggir jalan atau di area pekuburan.

Si cantik ini diyakini berasal dari wilayah Meksiko yang kemudian menyebar ke seluruh dunia. Di Amerika Serikat (AS), tanaman ini disebut poinsettia.

Nama ini merujuk pada Joel Roberts Poinsett, duta besar AS pertama untuk Meksiko yang kali pertama memopulerkan kas-tuba di negerinya tahun 1852.

Di negeri Pak Poinsett ini, kastuba bersaing dengan pohon cemara sebagai hiasan Natal. Karena popularitasnya sebagai tanaman hias saat Natal, poinsettia kadang disebut juga sebagai Christmas star.

Sejak beberapa tahun belakangan, kastuba mulai populer di Indonesia sebagai tanaman hias saat Natal, tahun baru masehi, dan Imlek.

Permintaan biasanya meningkat pada bulan-bulan Desember dan Januari, bersaing dengan permintaan parsel yang kini mulai menurun akibat aturan Komisi Pemberantasan Kastuba eh maksudnya Korupsi.

(Baca juga:Ilmuwan yang Temukan Tulang Kuno St. Nicholas: Sinterklas Nyata!)

(Baca juga:Surat untuk Sinterklas Ini Mengungkap Apa yang Anak-anak Inginkan ketika Natal Seabad yang Lalu)

Umumnya kastuba yang dijual di toko-toko tanaman hias bukan kastuba asli Indonesia, tapi kastuba yang bibitnya diimpor dari AS atau Belanda.

Kedua jenis kastuba ini spesiesnya sama. Nama ilmiahnya sama-sama Euphorbia pulcherrima.

Yang berbeda hanya varietasnya. Dari tampilan fisiknya, kedua jenis kastuba ini tidak sulit untuk dibedakan.

Kastuba lokal biasanya berdaun lonjong dan runcing. Warna merahnya biasanya hanya terdapat di bagian pupus.

Dalam satu helai pun, warnanya tidak merata di seluruh helai daun. Sedangkan kastuba impor, daunnya lebih lebar dan besar.

Warna merahnya juga lebih menyala dan biasanya merata di seluruh helai daun.

Harus diperam dulu

Belakangan, poinsettia tidak hanya populer saat Natal, tahun baru, dan Imlek.

“Sepanjang bulan, permintaan kastuba selalu ada,” kata Charnelis, dari Bina Usaha Flora, Cipanas, Cianjur, Jawa Barat.

Di luar hari-hari besar itu fungsi kastuba tetap sama yaitu sebagai tanaman hias di rumah, kantor, atau hotel.

Setidaknya ada tiga varietas kastuba yang sering dipakai sebagai tanaman hias di Indonesia, yaitu kastuba merah, pink, dan putih.

Tapi dari ketiga varietas ini, yang paling populer adalah warna merah.

Tak mengherankan jika kemudian kastuba identik dengan warna merah.

Pada saat masih dalam fase vegetatif (fase sejak masa tanam hingga menjelang tumbuh bunga), daun kastuba masih berwarna hijau.

Secara sekilas, ketiga jenis varietasnya sulit dibedakan karena daunnya sama-sama hijau.

Setelah memasuki fase generatif (fase ketika bunga sudah muncul), warna daun baru bisa keluar. Pada masa ini, ketiga jenis varietas sudah bisa dibedakan dengan jelas.

Agar warna daun bisa muncul optimal, kastuba butuh dipingit lebih dulu, seperti calon pengantin perempuan zaman dahulu.

Sebelum dipingit, tinggi batang dan bentuk tanaman biasanya sudah dibentuk dulu pada masa vegetatif.

Setelah usia tiga bulan, kastuba siap diperam. Caranya, seluruh tanaman disungkup dengan plastik hitam pekat yang tidak tembus cahaya.

Penyungkupan biasanya dilakukan mulai pukul 16.00 sampai pukul 08.00, alias sekitar 16 jam dalam sehari.

(Baca juga:Di Tempat Kelahiran Yesus Sendiri, Ternyata Hari Natalnya Berbeda-beda)

(Baca juga:Ingin Entaskan Kemiskinan, Pemerintah China Minta Foto Yesus Diganti Foto Presiden Xi Jinping. Apa Hubungannya?)

Di luar masa itu, tudungnya dibuka kembali sehingga kastuba memperoleh cahaya seperti biasa. Lama penyungkupan tidak boleh terlalu panjang.

Kata Inge, panggilan akrab Charnelis, kalau terlalu lama disungkup, warna yang dihasilkan malah jelek.

Bukan warna merah cantik yang akan muncul, tapi justru warna gosong.

Proses penyungkupan ini perlu dilakukan sekitar tiga bulan.

Setelah dipingit, kastuba akan berada dalam penampilannya yang paling cantik menawan, terutama kastuba merah.

Warna merah daunnya menyala, siap menyalakan keceriaan hari raya Natal atau Imlek.

Proses pemingitan ini sebetulnya adalah rekayasa supaya kastuba mendapatkan kondisi yang mirip di tempat asalnya, wilayah subtropis.

Di negara-negara empat musim, panjang siang dan malam tidak selalu sama antar-tiap musim.

Pada musim panas, siang hari lebih panjang daripada malam hari. Sementara pada musim dingin, malam hari lebih panjang daripada siang hari (short day).

Pada masa short day inilah kastuba menjalani proses pemingitan alami. Pada musim itu, gelap lebih lama daripada terang.

Tanpa proses penyungkupan pun, warna khasnya tetap bisa keluar. Ini merupakan kelebihan wilayah subtropis.

Kondisi semacam ini tidak bisa didapatkan di negara tropis macam Indonesia. Pada musim kemarau maupun musim hujan, panjang siang dan malam hari tidak berubah.

Itu sebabnya, untuk mendapatkan kondisi short day, kastuba harus "ditipu".

Ia disungkup dengan plastik hitam sejak pukul 16.00 supaya ia mengira bahwa hari sudah malam.

Sungkup baru dilepas ketika pukul 10.00 supaya ia mengira bahwa Matahari baru saja terbit.

Hanya dengan cara ini, daun kastuba akan mengeluarkan warna cantiknya.

(Baca juga:Terjual Rp6 Triliun, Inilah Lukisan Yesus Termahal di Dunia. Pembelinya? Pangeran Arab!)

(Baca juga:Dokter Oklahoma Mengklaim Suntikan Yesus Seharga Rp4 Juta Sanggup Sembuhkan Penyakit Kronis)

Warna daun yang merah, pink, atau putih ini bukan warna permanen. Biasanya hanya bisa bertahan satu hingga tiga bulan.

Setelah itu, kecantikannya pelan-pelan akan memudar. Sedikit demi sedikit warnanya akan kembali ke warna asalnya, hijau.

Mereka yang kenal dengan kastuba sudah tidak asing lagi dengan perilaku ini.

Tapi pembeli kastuba yang belum memahaminya kadang menyangka perubahan warna ini terjadi karena kastuba yang ia beli berkualitas jelek.

Artikel Terkait