Keadaan tambah runyam karena Libanon kemudian dilanda perang saudara.
Puncaknya pada tahun 1982 akibat serbuan Israel yang terus menerus PLO terpaksa hijrah ke Tunisia di bawah lindungan pasukan multinasional.
Di negara ini Arafat masih saja diburu Israel dan beberapa kali lolos dari usaha pembunuhan.
Sepeninggal PLO, di Libanon tetap saja muncul kelompok-kelompok pejuang melawan pendudukan Israel.
Salah satu kelompok yang kemudian menjadi besar dan populer adalah Hizbullah.
Perjuangan PLO dan Arafat yang bermarkas di Tunisia terus berlanjut.
Akan tetapi pada kurun 1990-2004 Arafat lebih menyukai perjuangan secara damai sehingga pada tahun 1994 ia mendapat penghargaan hadiah Nobel.
Pada tahun itu juga Arafat yang telah jadi tokoh internasional kembali ke Palestina.
Dua tahun kemudian, Arafat menjabat sebagai presiden Palestine Authority.
Program Arafat adalah terus mengupayakan misi perdamaian Palestina dengan melibatkan AS dan Israel.
Namun perjuangan Arafat akhirnya berakhir pada 3 November 2004, ia wafat karena sakit.
Arafat dimakamkan di markas besarnya Muqatta, Ramallah, Tepi Barat.
(Baca juga: Yerusalem, Nama Kota Suci yang Bergema di Hati Umat Islam, Kristen, dan Yahudi)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR