Advertorial
Intisari-Online.com -Bagi pemerhati sejarah perang, nama Laksamana Chuichi Nagumo bukanlah sosok yang asing.
Ia adalah sosok yang memimpin serangan Jepang terhadap Pearl Harbour sehingga memicu perang besar AS-Jepang pada Perang Dunia II.
Nagumo lahir di di Yamagata pada 1886.
Setelah lulus dari Akademi Angrkatan Laut tahun 1908, Nagumo kemudian menjadi spesialis torpedo dan kapal perusak (destroyer).
(Baca juga:Luar Biasa! Bermodal Satu Tangan, Mantan Nelayan Ini Borong 5 Emas dan Pecahkan 3 Rekor ASEAN)
(Baca juga:Ni Nengah Widiasih: Kalau Gagal, Ya, Coba Lagi! Kalau Jatuh, Ya, Bangun Lagi!)
Ia ditugaskan melakukan peninjauan keliling AS dan Eropa, lalu memimpin kapal penjelajah sebelum ditugaskan sebagai komandan satuan kapal perusak.
Tahun 1934 Nagumo mendapat kepercayaan untuk menjadi komandan kapal tempur Yamashiro, lalu memimpin Sekolah Staf AL.
Beberapa bulan sebelum pecah PD II di Pasifik, Nagumo memimpin Armada Udara Pertama Al, yang berarti ia juga panglima operasional keenam kapal induk armada Jepang.
Karena itulah ia yang memimpin serangan mendadak atas Pearl Harbour pada 7 Desember 1941 dan selanjutnya mengusir armada Inggris dari Samudera Hindia.
Sekalipun pada masa-masa awal perang Nagumo mencatat banyak keberhasilan, namun sesungguhnya ia merasa kurang pas untuk memimpin kekuatan udara AL Jepang.
(Baca juga:Museum Kemaluan Pria Ini Punya Koleksi Paling Komplet, dari yang Terkecil hingga Terbesar Semua Ada)
(Baca juga:Toyota Fortuner yang Dipenuhi Stiker Keluhan Akhirnya Diangkut, Pemilik Diberi Mobil Pengganti)
Karier Nagumo akhirnya terhenti dengan berakhirnya pertempuran laut Midway (Battle of Midway) melawan AL AS yang berakibat pada kekalahan Nagumo di Pasifik.
Dengan kemenangan dalam pertempuran laut Midway, AL AS bahkan bisa melakukan serangan balik dan akhirnya menghancurkan kekuatan tempur Jepang di Asia Pasifik.
Nagumo yang dalam pertempuran laut Midway kehilangan 4 kapal induk lalu dicopot dari jabatannya.
Nagumo kemudian memimpin 6.000 pasukan AL Jepang yang berpangkalan di Kepulauan Mariana, lalu Saipan.
Pada 1943 berlangsung pertempuran hebat antara pasukan Sekutu dan Jepang di Saipan.
Tetapi karena pasukan Jepang makin terdesak dan nyaris kalah, dalam tahap akhir peperangan Nagumo benar-benar merasa terpukul.
Pada pertengahan bulan Juli 1943, Nagumo yang merasa malu serta kehilangan kehormatan lalu memutuskan harakiri (bunuh diri).