Delegasi Jepang menuduh, Belanda boneka Amerika. Jepang meminta agar Belanda memasok paling tidak 3,15 juta ton produk minyak bumi per tahun. Malah Kobayashi menuntut terjaminnya pasokan itu selama lima tahun.
Van Mook tak kurang galak. la mengatakan, permintaan minyak bumi itu di luar batas. Apalagi soal bisnis minyak bumi, pemerintah Belanda hanya menjadi pengawas. Pemegang kendali adalah perusahaan-perusahaan swasta, bukan pemerintah.
Kegagglan misi Kobayashi barangkali memang sudah digariskan. Salah satu "tanda"-nya, ketika Nissho Maru, kapal pengangkut delegasi Jepang tiba di pelabuhqn Batavia, 12 September 1940, sang nakhoda tidak mengibarkan bendera Belanda, sesuai aturan protokoler.
Kesalahan diplomatik yang fatal. Begitulah, meski terus berusaha lewat jalur diplomatik sampai Juni 1941, Belanda tak kunjung dapat dirayu.
Kamer 14 di Bandung
Pada 16 Oktober Roosevelt menerima "ringkasan hasil sadapan komunikasi radioa dari McCollum, bahwa Jepang berminat merebut Hindia Belanda secepatnya. Ia sendiri ragu apakah Amerika akan perang demi Hindia Belanda, karena intervensi di negara-negara Asia Tenggara pasti tidak didukung rakyat Amerika.
Ini diketahui dari pembicaraannya pada 8 Oktober dengan Laksamana Richardson, mantan panglima armada AS yang dicopot itu.
"Saya bertanya apakah kita akan ikut berperang. la (presiden) menjawab, kalau Jepang menyerang Thailand, atau Tanjung Kra, atau Hindia Belanda, kita tidak akan perang, bahkan kalau mereka menyerang Filipina sekalipun. Tetapi Jepang tidak mungkin tidak melakukan kekeliruan, dan di kala kecamuk peperangan semakih meluas, lambat atau cepat mereka akan tersandung, dan saat itu kita akan terjun dalam peperangan."
Pada 25 Oktober, hasil sadapan radio memberikan detail misi Kobayashi. Ternyata Jepang sedang mencari kawasan darat yang bisa disewa untuk membangun basis teknis bagi operasi militer melawan Belanda. Salinan hasil sadapan itu dikirim McCollum ke atase AL Belanda, Johan Ranneft, 30 Oktober 1940.
Ranneft meneruskannya ke pemerintah Belanda yang masa itu dalam pengasingan di London. entu saja permintaan sewa itu ditolak.
Sepanjang tahun 1940 dan 1941 McCollum dan Ranneft, perwira yang ahli soal komunikasi laut, cukup rajin tukar-menukar hasil sadapan. Kriptografer Belanda biasanya mencuri dengar komunikasi radio AL Jepang lewat unit yang disebut Kamer 14. Unit ini dioperasikan Angkatan Darat Kerajaan Belanda di Bandung.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR