Hasil analisisnya itu dikirimkan kepada Panglima Armada Pasifik Laksamana Husband E. Kimmel, 1 Februari 1941.
Sementara suhu politik di Pasifik makin panas, Kimmel menyadari ia semakin dijauhkan dari informasi intelijen penting berkaitan dengan gerak-gerik Jepang. Sekitar akhir Juli 1941 ia sama sekali sudah tidak menerima komunikasi intelijen dari Washington.
Konferensi di Sukabumi
Perubahan struktur pimpinan AL Amerika di Hawaii mengurangi kemungkinan terdeteksinya gerakan Jepang terhadap Hawaii, yang notabene diprovokasi oleh Amerika sendiri.
Kejadian-kejadian yang menyusul kemudian membuktikan, kedelapan langkah yang disebut dalam memo McCollum benar-benar dilaksanakan satu demi satu.
Dari kedelapan hal itu, provokasi yang memegang peran kunci adalah Langkah 2 dan 7, karena akan memutus pasokan vital ke Jepang dan memaksa diet untuk mengambil langkah-langkah militer.
Begitu dilaksanakan dalam musim gugur 1940 dan awal 1941, para pemimpin Jepang kalang kabut mengusahakan segala upaya untuk mengubah sikap Belanda. Strategi Jepang ini bisa terbaca lewat pesan-pesan yang dikirim lewat komunikasi radio dalam kode diplomatik.
Setelah disadap, didekodekan, dan diterjemahkan, Amerika tahu para diplomat Jepang berusaha keras untuk memperoleh kembali akses ke sumber daya alam Indonesia yang dimiliki Belanda. Tapi, hasilnya bukan saja nihil, tutup yang dipasang Belanda malah semakin rapat.
Salah satu upaya Jepang adalah mengadakan konferensi diplomatik dengan Belanda di Jawa Barat pada bulan September 1940. Delegasi Jepang yang dipimpin Menteri Perdagangan Ichizo Kobayashi, tentu sangat menikmati Hindia Timur milik Belanda setelah perjalanan laut yang membosankan.
Bayangkan, lokasi konferensi itu dikitari kebun teh, air terjun, dan persawahan di kawasan Selabintana, Sukabumi. Sementara itu pihak Belanda dipimpin oleh H.J. van Mook, menteri urusan ekonomi.
Namun, ketenteraman dan kedamaian yang disajikan alam Parahyangan tak mampu meluruhkan suhu panas yang mengepul dalam adu argumentasi.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR