Advertorial
Intisari-Online.com -Ada jenis diet baru yang belakangan ini sering dibicarakan orang. Namanya, diet karnvior (pemakan daging), yang sering kali disebut juga dengan diet macan.
Apakah diet jenis ini bagus untuk tubuh?
Diet karnivor dilakukan dengan mengonsumsi makanan rendah karbohidrat dan tinggi protein.
Biasanya, mereka yang melakukan diet ini akan mengurangi asupan karbohidrat sebesar 30-90 persen.
Sementara di sisi lain, makanan yang mengandung karbohidrat umumnya mengandung serat tinggi, juga vitamin dan mineral yang bagus untuk tubuh.
Di sisi lain, potein juga merupakan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh. Dalam sehari, protein yang dibutuhkan sekitar 0,8 gram/ kilogram berat badan.
Jadi misalnya berat badan Anda 50 kilogram. Kalikan 50 dengan 0,8 yaitu 40. Jadi, Anda butuh 40 gram protein per hari.
(Baca juga:Tak Hanya untuk Keindahan Tanaman dalam Rumah Juga Menyehatkan, Silakan Coba Jika Belum Percaya)
Dengan diet tinggi protein, asupan protein akan ditingkatkan di atas kebutuhan, menjadi sebanyak 1,2-1,4 gram/kg berat badan.
Jadi kalau berat badan Anda 50 kilogram, kalikan dengan 1,2 hingga 1,4. Berarti, kebutuhan protein harian Anda naik jadi 60 sampai 70 gram per hari.
Berdasarkan penelitian dalam The Journal of Nutrition, diet dengan mengonsumsi makanan rendah karbohidrat dan tinggi protein memang bisa memicu penurunan berat badan yang lebih cepat dibandingkan metode diet tinggi serat.
Ini karena diet tinggi protein membuat Anda mengurangi karbohidrat, sehingga tubuh akhirnya menggunakan lemak sebagai sumber energi.
Karena cadangan lemaknya terpakai, berat badan Anda pun akan turun.
Selain itu, protein juga akan memberikan rasa kenyang lebih lama dibandingkan dengan karbohidrat, sehingga Anda dapat mengontrol nafsu makan dan bisa makan dalam jumlah yang lebih sedikit.
Sekali lagi, apakah diet ini baik untuk kesehatan?
Diet karnivor memang bisa membantu kita menurunkan berat badan. Namun, turun berat badan belum tentu lebih sehat.
Ternyata diet dengan makanan tinggi protein dapat menyebabkan terjadinya beberapa hal yang dapat mengganggu kesehatan. Berikut penjelasannya.
1. Ketoasdosis
Dalam keadaan normal, tubuh menggunakan glukosa (gula) dari karbohidrat untuk diubah jadi sumber energi.
Dalam diet tinggi protein, seseorang tidak akan banyak makan karbohidrat seperti nasi atau kentang. Karena itu, tubuh akhirnya memecah lemak untuk dijadikan energi.
Namun, ketika tubuh menggunakan cadangan lemak sebagai energi, tubuh juga akan menghasilkan zat bernama keton.
Kebanyakan keton dalam tubuh berisiko menyebabkan ketoasdosis.
Kondisi ini ditandai dengan gejala mual, muntah, kulit kering, sering kencing, haus terus, hingga sulit bernapas.
2. Penyakit jantung dan pembuluh darah
Walau telah terbukti bahwa diet karnivor dapat menurunkan berat badan, diet seperti ini ternyata mungkin meningkatkan risiko terkena penyakit jantung.
Masalahnya, saat Anda memilih makanan tinggi protein, Anda akhirnya meningkatkan asupan kolestrol dan lemak yang tinggi pula karena salah pilih menu diet.
Misalnya kalau Anda mengonsumsi susu, daging berlemak, serta es krim sebagai pilihan menu diet.
Makanan-makanan tersebut dapat menurunkan fungsi pembuluh darah, meningkatkan kadar kolesterol, dan sebenarnya mengandung kalori yang tinggi.
(Baca juga:Diet Tinggi Protein Lebih Melangsingkan?)
(Baca juga:Yakin Bisa Bikin Awet Muda, Para Perempuan di Vietnam Tak Segan-segan Makan Daging Tikus)
3. Osteoporosis
Diet tinggi protein bisa menyebabkan tubuh kekurangan mineral bernama asam fosfat.
Alhasil, kemampuan tulang menyerap kalsium pun berkurang. Selain itu, asupan protein yang tinggi dapat mendorong pembuangan kalsium melalui urine (air kencing).
Akhirnya, tulang kekurangan kalsium dan menjadi rapuh. Tulang yang rapuh tentu bisa berkembang jadi osteoporosis.
Jadi, apa boleh melakukan diet karnivor?
Sebenarnya kunci paling penting untuk menurunkan berat badan bukanlah metode diet yang ekstrem, melainkan kedisiplinan untuk mulai hidup sehat.
Meskipun dilakukan secara pelan-pelan.
Bila Anda memang ingin mencoba metode diet yang satu ini, sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter atau ahli gizi.
Tenaga kesehatan akan membantu Anda merancang perubahan pola makan yang paling aman dan sesuai dengan tubuh setiap orang yang tentu berbeda-beda.