Sementara itu seorang dokter bernama Thunberg menemukan kenyataan, bahwa orang-orang Tionghoa di Betawi yang sehari-hari biasa minum teh, ternyata jarang atau tidak pernah dihinggapi penyakit-penyakit tersebut di atas. Thunberg berkesimpulan bahwa pencegahan penyakit itu bukan soal pemasakan air, tetapi khasiat daun teh!
BACA JUGA: Petir Terganas di Dunia Ada di Indonesia Lo! Ini Dia Lokasinya
Seorang “ahli” terkemuka lebih hebat lagi pernyataannya. Air Ciliwung pada hakikatnya tidak seburuk yang dibayangkan orang, asal bisa melupakan sama sekali segala yang biasa dilemparkan ke dalam kali itu. Bayangkan, orang dianjurkan untuk menyingkirkan dari ingatan bahwa Ciliwung antara lain berfungsi sebagai jamban umum.
Anehnya, tidak pernah terlintas dalam pikiran orang-orang Belanda di Betawi untuk menggunakan sumur sebagai sumber air' minum. Padahal waktu itu sudah banyak rumah tinggal yang memiliki sumur. Tetapi sumur yang sekaligus juga menampung air hujan, pada umumnya hanya dipergunakan untuk berbagai keperluan dapur saja.
Antara abad ke-17 dan ke-19 sebenarnya sudah ada usaha-usaha menjernihkan air kali untuk air minum. Caranya sederhana saja. Air itu diendapkan dalam beberapa tempayan (matravari).
Mula-mula air diendapkan dalam tempayan pertama, lalu dipindahkanke dalam tempayan kedua, ketiga dan seterusnya. Ketika masuk ke dalam tempayan terakhir, air sudah jernih. Tetapi apakah sekaligus sudah bebas kuman, masih merupakan tanda tanya. (Tanu Trh dalam Batavia Kisah Jakarta Tempo Doeloe)
BACA JUGA: Hebat! Pilot Tempur Indonesia Ternyata Nyaris Tembak Jatuh Jet Tempur Australia
BACA JUGA: Saburo Sakai, Malaikat Pencabut Nyawa Para Pilot Tempur Sekutu
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR