Advertorial

Mengapa Banyak Gedung Bertingkat Menghindari Angka 4 Untuk Penomoran Lantainya?

Yoyok Prima Maulana

Editor

Di Asia Timur, ketakutan pada angka 4 atau tetrafobia menjadi fenomena yang sangat umum.
Di Asia Timur, ketakutan pada angka 4 atau tetrafobia menjadi fenomena yang sangat umum.

Intisari-Online.com – Coba perhatikan penomoran dari benda-benda di sekitar Anda.

Bisa berupa gedung, nomor rumah, nama produk, dll; umumnya tidak menggunakan angka 4.

Fenomena ini biasanya terjadi di Asia Timur yang menjalar hingga Asia Tenggara.

Seolah-olah angka 4 sengaja dijauhi. Ada apa?

Di Asia Timur, ketakutan pada angka 4 atau tetrafobia menjadi fenomena yang sangat umum.

BACA JUGA:Cari Jodoh Via Online: Kecewa Pacarnya Tak Seganteng Di Facebook, Gadis Ini Lapor Polisi

Ini terjadi lantaran dalam bahasa Mandarin empat (pinyin: si, jyutping: sei), bunyinya mirip dengan kata kematian (pinyin: si, jyutping: sei).

Begitu juga dalam bahasa Asia Timur lain, shi (bahasa Jepang) dan sa (bahasa Korea). Pelafalannya terdengar sama dengan kematian.

Maka, menurut tradisi Tionghoa dan fengshui, angka 4 dipercaya sebagai simbol bencana, tidak mendatangkan keberuntungan, dan berbagai hal yang mengarah pada kegagalan.

Bila disejajarkan dengan alfabet pun, huruf keempat adalah “D” yang bisa berarti “death”.

BACA JUGA:Tahi Lalat Pembawa Berkat

Sebagian orang juga menghubungkannya dengan angka sial dari kebudayaan Barat, yaitu 13 (1+3=4). Walhasil, mitos ini makin menjadi-jadi.

Kepercayaan ini begitu kuatnya, bahkan sampai beberapa produk elektronik yang tergolong modern ikut menghindarinya, seperti kamera merek Canon, ponsel Nokia, tidak mencantumkan angka 4 pada nomor serinya.

Kita juga tidak menemui penomoran lantai di gedung yang canggih sekalipun yang menunjukkan 4, 14, 24, 34, 40-49, dst.

Sebagai gantinya, digunakan penomoran 3A, 12A, atau 23A.

BACA JUGA:Kisah Bahu Laweyan, si Pemangsa Pasangan Hidupnya Sendiri

Artikel Terkait