Advertorial
Intisari-Online.com - Pada awal bulan November 2017 ini Presiden AS Donald Trump telah mengagendakan untuk mengunjungi sejumlah negara di kawasan Asia selama 12 hari.
Negara-negara yang akan dikunjungi Presiden Trump antara lain Jepang, Korea Selatan, China, Vietnam, dan Filipina.
Selain mengunjungi sejumlah negara di Asia, Presiden Trump juga akan “mampir” ke Rusia untuk mengadakan pembicaraan empat mata dengan Presiden Vladimir Putin untuk membahas masalah Korut.
Tujuan utama Presiden Trump mengadakan kunjungan ke Asia memang untuk menggalang opini dan koalisi demi menuntaskan masalah program nuklir Korea secara damai.
(Baca juga: Dokumen Rahasia Pembunuhan John F. Kennedy Akhirnya Dirilis, Beberapa Diblokir Donald Trump)
Tapi upaya Presiden Trump untuk menyelesaikan konflik dengan Korut secara damai tampaknya sulit dilakukan mengingat Korut sudah menyatakan tidak mau berunding dengan AS, bahkan dengan Presiden Trump sekalipun.
Ketika Presiden Trump tiba di pangkalan udara Yokota Air Base, Tokyo, Jepang pada hari Minggu (5/11/2017), kekesalannya terhadap Korut bahkan langsung meledak.
Di depan para wartawan yang mengerubunginya, Presiden Trump bahkan langsung melontarkan caci-maki terhadap Kim Jong Un yang dilukiskannya sebagai “ditaktor yang tidak tahu diri” karena telah berani mengancam AS menggunakan senjata nuklir.
Menanggapi kunjungan Presiden Trump yang sudah mendarat di Jepang, surat kabar Korut, Rodong Sinmun memberikan peringatan.
Jika Presiden Trump yang digambarkan sedang mengalami masalah spiritual yang tidak stabil (spiritually unstable) sampai berbuat ceroboh, maka perang nuklir tidak bisa dielakkan lagi.
Sebenarnya yang jengkel terhadap sikap Presiden Trump yang dianggap kurang unggah-ungguh itu bukan hanya Korut.
Rakyat Jepang ternyata juga marah kepada Presiden Trump dan istrinya Melania Trump, karena ketika bertemu dan bersalaman dengan Kaisar Akihito, baik Presiden Trump maupun Melania Trump tidak membungkukkan badan demi memberikan penghormatan terhadap seorang kaisar.
Sikap Presiden Trump yang tetap berdiri tegak lurus ketika bersalaman dengan Kaisar Akihito itu sangat berbeda denga sikap Presiden Barrack Obama yang membungkuk dalam-dalam ketika bersalaman dengan Kaisar Akihito pada tahun 2009.
(Baca juga: Benteng Pertahanan Terdepan Amerika Itu Semakin Galak Sejak Presiden Donald Trump Berkuasa)
Jika kunjungan Presiden Trump ke negara-negara Asia berikutnya teryata hanya untuk melontarkan caci-maki terhadap Korut dan kurang menghargai negara-negara partnernya itu, maka upaya diplomasi damai demi menangani konflik dengan Korut dipastikan akan gagal.
Apalagi di Korsel para demonstran juga sudah bersiap “menyambut” kunjungan Presiden Trump, dengan spanduk-spanduk bertulisan “No Trump No War”.
Presiden Trump memang harus berjuang keras untuk mencari solusi damai terkait konflik AS- Korut, bukan hanya dengan caci-maki, tapi tindakan nyata.