Advertorial

Di Sekolah Ini, Siswa Tak Hanya Dibekali Pendidikan Formal, Tapi juga Olahraga Berkuda. Untuk Apa?

Ade Sulaeman

Editor

Intisari-Online.com - Pernahkah Anda membayangkan ada sekolah nasional yang memiliki aktivitas unik seperti berkuda?

Sekolah Menengah Atas (SMA) Adria Pratama Mulya mungkin menjadi sekolah pertama di Indonesia yang menggabungkan pendidikan akademik dengan kegiatan olahraga ketangkasan berkuda (equestrian) dan performing arts.

Sekolah ini membekali murid sesuai dengan standar pendidikan yang diakui pemerintah, mereka menggunakan kurikulum nasional 2013.

Uniknya, bukan hanya pendidikan formal yang diajarkan di sini, namun juga keterampilan olahraga ketangkasan berkuda atau yang dikenal dengan equestrian.

(Baca juga: Akibat Penyakit Langka, Gadis Pakistan Ini Punya Kepala Miring hingga 90 Derajat yang Membuat Harus Putus Sekolah)

Equestrian masuk menjadi salah satu indikator dalam penilaian dan menjadi kegiatan layaknya mata pelajaran wajib.

Menggunakan tagline “When Education Meets Sports & Performing Arts” sekolah ini memadukan program akademik dengan olahraga dalam disiplin equestrian dan performing arts.

Tujuannya, untuk membentuk kedisiplinan, menciptakan semangat juang untuk meraih keunggulan, membangun profesionalisme dan ketekunan dalam diri siswa.

Triwatty Marciano merupakan salah satu pendiri sekolah yang dimulai sejak 2012 lalu.

Perempuan yang sejak muda bergelut dengan aktivitas pacu kuda ini menyalurkan kecintaannya pada bidang ini dengan ikut berkontribusi mencari bibit atlet equestrian.

Riders (sebutan untuk atlet equestrian) haruslah seorang yang cerdas,” kata Triwatty dalam acara Cinta Indonesia Open 2017 yang diselenggarakan di SMA Adria Pratama Mulia (APM).

Menurut Triwatty, lulusan dari SMA ini tetap bisa bersaing dengan lulusan dari sekolah formal biasa.

“Setelah (murid-murid) lulus, nggak jadi tukang kuda saja, beberapa ada yang melanjutkan studi di Sekolah Tinggi Inteligen Negara,” tambahnya.

(Baca juga:Ternyata Menjadi Putri Duyung Tak Cukup Cuma Kenakan ‘Kostum’, Tapi Kudu Sekolah Dulu)

Dalam kegiatan belajar dan mengajar, aktivitas equestrian masuk dalam intrakulikuler yang mencakup keterampilan dan aturan.

Siswa diajar bagaimana kompetisi riders, mengembangkan keahlian, dan juga menumbuhkan kecintaan dengan lingkungan terutama kuda.

Murid-murid juga diajak memandikan kuda, menggosoknya, memberi makan dan merawat kuda dengan baik dan benar.

Tak lupa juga murid digembleng dengan nilai kedisiplinan, kejelian dalam menganalisis karena hal itu dibutuhkan untuk menjadi rider.

“Sekolah ini kalau dibilang murah, juga tidak murah. Tapi jika dibilang mahal, juga tidak karena murid mendapat pengalaman berkuda secara komplit,” kata perempuan berkacamata ini.

Dedikasi penuh dari orang tua murid ataupun anak didik sangat diperlukan.

Mereka yang berminat dalam olahraga ini tentu harus mengeluarkan kocek sedikit lebih dalam dibanding jika sekolah di yayasan pendidikan biasa.

Namun seperti menyelam sambil minum air, di sekolah ini selain pelajaran formal, di dapat juga pengalaman menjalani bidang equestrian.

(Baca juga:Bermimpi Kirim Anak Sekolah Ke Luar Negeri? Selain Dana, Orangtua Tak Boleh Lupakan Poin Ini)

APM ternyata juga tak segan memberikan beasiswa kepada anak-anak di sekitar lingkungan sekolah.

Pihak sekolah akan memberikan formulir, lalu akan menunggu anak-anak dan orang tua yang tertarik dengan beasiswa tersebut.

Indikator pemilihannya adalah pihak sekolah akan melihat besarnya ketertarikan calon peserta beasiswa terhadap kuda, juga melihat nilai di sekolah sebelumnya beserta kedisiplinan dan kejelian mereka.

Triwatty menambahkan, “Orang tua harus mendukung.”

Jika orang tua tidak mendukung, maka beasiswa tidak dapat diberikan.

SMA Adria Pratama Mulya terletak di Desa Tapos, yang berada di wilayah Tangerang.

Sekolah ini berdiri di atas lahan seluas kira-kira tujuh hektar dengan berbagai fasilitas berupa ruang-ruang terbuka dan tertutup.

APM juga berusaha bekerja sama dengan pemerintahan provinsi untuk mengirim anak-anak daerah supaya mendapat keterampilan equestrian.

Nantinya, mereka bisa kembali ke daerahnya masing-masing untuk membagikan ilmu dan keterampilan yang diperoleh dari APM.

(Natalia Mandiriani)

Artikel Terkait