Intisari-Online.com - Seragam merah putih itu masih tergantung di lemari pakaian Vincero.
Bocah berusia 6 tahun 7 bulan itu dikeluarkan dari daftar nama siswa baru di SDN 016 Proklamasi, Sungai Pinang Dalam, Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), lantaran kedua orangtuanya melaporkan pungutan yang dilakukan sekolahnya.
Ditemui di rumahnya di Jalan Gerilya, Sungai Pinang, Vincero hanya bermain di rumah bersama kedua orangtuanya.
Ayahnya, David, bekerja sebagai penjual mainan anak-anak. Sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga.
“Enggak sekolah, enggak bisa sekolah karena namanya enggak didaftar. Kecewa sekali dengan kepala sekolahnya,” ujar Vincero.
(Baca juga: Terus-terusan Di-Bully, Bocah 15 Tahun Ini Tembaki Orang-orang Satu Sekolahan, 2 Meninggal, 13 Lainnya Terluka)
Vincero sengaja tidak keluar rumah, lantaran enggan melihat kawan sepermainnya berangkat ke sekolah.
Ibu Vincero, Marwah Baco bercerita, kisah bermula saat dia dinyatakan lulus seleksi penerimaan siswa baru dan harus membayar uang sebesar Rp830.000.
Bagi keluarga Vincero, jumlah uang tersebut sangat besar. Mereka harus berhutang agar Vincero bisa sekolah.
Namun setelah membayarkan uang tersebut, Vincero hanya diberi kuitansi tanpa rincian pembayaran.
Padahal sepengetahuan orangtua Vencero, sekolah negeri tidak membenarkan ada pungutan apapun.
(Baca juga: Tak Hanya Dikeluarkan Sekolah, Siswa SD dan SMP Pelaku ‘Bullying’ di Thamrin City Juga Tak Bisa Pakai KJP)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR