la adalah Robert Morrel (40), seorang geolog dari Nottingham. Setiap kali ia melempar dadu dan sibuk dengan alat pengukur, kelihatan sepasang penyerok dari balik pullover rajutannya yang berwarna biru.
Saya mengangguk kepadanya. Di wajahnya yang kurus tersungging senyuman dan waktu ia mengelilingi arena pertempuran, ia menghitung. Lalu ia berteriak, "Kita menang!"
"Pertama kali ke sini?" tanya saya pelan-pelan. Saya mendapat jawaban bahwa ia setiap tahun selalu menghabiskan cuti selama seminggu di Folktone.
"Mengapa?" tanya saya lagi. Ia memandang saya seolah-olah hendak menerangkan kepada seorang anak kecil tentang alasan mengapa bumi berputar.
"Tak ada tempat yang menyamai tempat ini. Orang bisa bermain di sini. Tempat ini pun romantis dan penuh fantasi. Tambahan lagi, saya menyukai sejarah," jawabnya.
"Apakah Anda pernah main perang-perangan gaya zaman sekarang? Perang Falkland misalnya?" tanya saya lagi.
Robert Morrell tersenyum. "Pernah, sekali!" katanya. Lalu sambil menutup mulutnya dengan tangan, ia berbisik, "Tapi yang menang Argentina!"
Tentara timah adalah gabungan dari seni dan jiwa kekanak-kanakan. Ia menggambarkan segala zaman. Demikian bunyi syair yang pernah ditulis Joachim Ringelnatz.
Marilah kita lihat Peter Gilder. Pensiunan yang penuh semangat itu mencetak dan mewarnai sendiri boneka-boneka setinggi 4 cm itu.
Boneka-boneka itu betul-betul merupakan karya seni yang mungil. Peter mengirim boneka-boneka yang belum diwarnai ke seluruh dunia.
Ia sendiri memiliki 30.000 tentara timah dari berbagai zaman dan dalam berbagai posisi. Ada yang berdiri, menembak, jongkok, terjatuh atau mati.
Tiga buah piagam tergantung di dinding rumah Peter Gilder. Piagam itu membuktikan bahwa ia telah tiga kali memenangkan lomba "perang-perangan" Inggris dan hal itu membuatnya bangga.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR