Akibat pengucilan itu, keluarga Temujin yang dipimpin oleh ibunya, Hoelun, harus berjuang untuk hidup hanya dengan mengandalkan apa yang disediakan oleh alam sekitarnya.
Hoelun tak hanya seorang yag pandai mengajarkan bagaimana cara hidup di tanah terbuka dan tanpa ternak, tapi juga mengajarkan politik.
Salah satu petuah yang kemudian sangat mempegaruhi Temujin adalah jika mau kuat, suku-suku Mongol harus bersatu, bukannya saling menyerang.
Suatu peristiwa yang tak terduga terjadi pada keluarga Temujin hingga kemudian mengubah jati dirinya.
(Baca juga: Dari Jenghis Khan hingga Mansa Musa, Inilah 10 Orang Terkaya Sepanjang Sejarah (1))
Dalam suatu perburuan di padang rumput, tanpa disengaja kakak Temujin, Bekhter, tewas oleh panah yang dilepaskan Temujin.
Sepeninggalan sang kakak, Temujin lalu meggantikan posisinya sebagai pemimpin keluarga. Kepemimpinan di tiggkat keluarga kecil ini kelak membuatnya menjadi orang besar.
Tahun 1182, perang suku kembali berlanjut. Dalam suatu serbuan suku Tayichiut yang menjadi musuh bebuyutan mendiang ayahnya, keluarga Temujin menjadi tawanan dandijadikan budak.
Tapi berkat bantuan simpatisan ayahnya, Chilaun, Temujin berhasil melarikan diri ke tempat yang aman.
Chilaun yang merupakan prajurit tangguh tak hanya menampung tapi juga memberikan latihan keprajuritan dan ilmu-ilmu lainnya.
Ketika sudah memiliki cukup kemampuan, Temujin lalu bergabung dengan Toghril, seorag kepala suku yang juga merupakan teman akrab mendiang ayahnya.
Perang antar suku pun terus berkecamuk dan Temujin yang telah terlatih baik menemukan ladang uji cobanya.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR