Advertorial

Bukan Menopause, Inilah Alasan Sebenarnya Kenapa Perempuan Lanjut Usia Berhenti Berhubungan Seks

Moh Habib Asyhad

Editor

Bukan lantaran menurunnya minat, menurut sebuah penelitian terbaru, kebanyakan para perempuan berhenti berhubungan seks karena takut itu akan menyakiti mereka.
Bukan lantaran menurunnya minat, menurut sebuah penelitian terbaru, kebanyakan para perempuan berhenti berhubungan seks karena takut itu akan menyakiti mereka.

Intisari-Online.com -Perempuan cenderung lebih sedikit hubungan seks seiring bertambahnya usia mereka.

Bukan lantaran menurunnya minat, menurut sebuah penelitian terbaru yang terbit di jurnal Menopause, kebanyakan para perempuan berhenti berhubungan seks karena takut itu akan menyakiti mereka.

(Baca juga:Didiagnosis Penyakit Langka, Balita 5 Tahun Ini Sudah Punya Payudara, Jerawat, Serta Tanda-tanda Menopause Dini)

Penelitian difokuskan pada suatu kondisi yang disebut sindrom genitourinari—istilah untuk menyebut pelbagai masalah kandung kemih dan vagina yang mempengaruhi terjadinya menopause.

Sebuah survei terhadap lebih dari 1.500 perempuan berusia lebih dari 55 tahun menemukan, 45 persen perempuan pascamenopause “biasanya” atau “selalu” merasakan sakit atau ketidaknyamanan saat berhubungan seks.

Dan ketakuran tentang timbulnya rasa sakit itulah yang menyebabkan mereka menghindari seks.

Masalah lain yang dihadapi oleh perempuan menopause adalah penipisan dinding vagina (juga bisa menyebabkan rasa sakit), masalah kandung kemih, juga menurunnya ketertarikan si pasangan terhadapnya.

Seks yang menyakitkan pada bagi para perempuan menopause sejatinya sudah menjadi perhatian para dokter.

Meski begitu, sindrom genitourinari tidak sepopuler vaginismus yang sudah banyak sekali kajiannya.

Vaginismus adalah kondisi di mana otot vagina mengencang sehingga menyebabkan rasa tidak nyaman saat berhubungan seks.

(Baca juga:Ilmuwan Mulai Mendapatkan Jawaban Mengapa Paus Pembunuh Mengalami Menopause)

Periset di Kaiser Permanence Center for Health Reseach mengatakan, temuan mereka seharusnya menjadi perangsang bagi klinik-klinik kesehatan untuk meyakinkan pasien mereka bahwa masalah tersebut sejatinya bisa diatasi.

Dengan begitu, mereka masih bisa berhubungan seks tanpa takut itu akan menyakiti organ intimmereka.

Masuk masa menopause bukan berarti “tiarap” berhubungan seks, tho?

Artikel Terkait