Tanzil memang termasuk orang yang pilih-pilih makanan. Di Bangkok, dia tidak menemukan satu pun makanan yang cocok di lidahnya.
“Di sana, semua makanan itu pedes! Enggak ada yang enggak pedes. Akhirnya ke restoran Tionghoa mau pesen nasi goreng, eh, ternyata pedes juga!”
Maklum Tanzil antipedas. Di lidahnya, makanan paling enak tetaplah makanan Indonesia. Salah satu favoritnya, lumpia.
Soal minuman, Tanzil juga pilih-pilih. Dia tidak pernah minum air putih.
“Air putih itu racun buat saya. Selama perjalanan, saya selalu sedia condensed milk (susu kaleng –Red.). Minuman mesti manis,” kata penggemar minuman bersoda ini.
Buang angin pun dicatat
Mengunjungi 240 negara, tentu banyak cerita. Begitu pula Tanzil.
Beberapa kisah masih diingatnya dengan jelas, seperti ketika dia terjebak di negara yang saat itu baru konflik, yaitu di Balkan.
Atau ketika dia sengaja melalui jalan yang terkenal dengan “bajing loncat”-nya di daerah Sumatera Selatan.
Pernah juga dia nekat mencoba masuk ke daerah Uni Sovyet, tapi tak berhasil lantaran kala itu Sovyet merupakan negara tertutup.
Mengembara mengelilingi dunia, tak ada istilah takut. Menurut Tanzil, semua orang itu pada dasarnya baik.
“Saya tidak pernah ketemu orang jahat. Semua orang baik. karena sifat manusia itu tidak akan cari musuh,” kata Tanzil.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR