Advertorial

Hati-hati! Jangan Sampai Terjebak pada Stereotip Ini Jika Ingin Menjadi Pemimpin yang Baik

Ade Sulaeman

Editor

Jangan sampai Anda menjadi pemimpun yang bukannya membantu tim untuk mencapai tujuan tertentu, tapi justru bergelut dengan dirinya sendiri.
Jangan sampai Anda menjadi pemimpun yang bukannya membantu tim untuk mencapai tujuan tertentu, tapi justru bergelut dengan dirinya sendiri.

Intisari-Online.com - Wah! Akhirnya Anda memperoleh promosi mendapatkan jabatan tertentu setelah kerja keras yang begitu lama.

Hal ini tentu sangat menyenangkan dan membanggakan.

Seakan semua kerja keras dengan keringat bahkan air mata terbayar dengan posisi yang lebih tinggi.

Tapi hal mengejutkannya adalah tanpa dipersiapkan dengan baik atau arahan yang tepat, banyak pemimpin yang menerapkan cara-cara stereotip ‘beginilah manajer seharusnya bekerja’.

(Baca juga: Bikin Bangga, Tri Rismaharini Raih Penghargaan Internasional Sebagai ‘Pemimpin yang Menginspirasi’)

(Baca juga: Wow, Pemimpin Prajurit Viking Ternyata Seorang Wanita, Ini Buktinya)

Hal itu justru membuat pemimpin baru jatuh pada beberapa kesalah pahaman umum.

Bukannya membantu tim untuk mencapai tujuan tertentu, pemimpin baru justru bergelut dengan dirinya sendiri.

Berkut ini adalah beberapa stereotip mengenai menjadi pemimpin yang perlu Anda ketahui

1. Berada di posisi atas itu sulit

Menjadi atasan memiliki keuntungan seperti gaji yang lebih besar, tunjangan lebih banyak, fasilitas lebih lengkap bahkan rasa hormat dari rekan kerja.

Namun tak ketinggalan juga tanggung jawab dan beban yang dirasakan, namun bukan berarti hal itu selalu sulit.

2. Menjadi diri sendiri

Jika Anda memiliki status jabatan yang baru, jadilah diri Anda sendiri untuk menjalaninya.

Memang pemimpin harus selalu tumbuh dan mengembangkan diri supaya menjadi lebih baik, tapi jangan menghilangkan karakter asli Anda.

Mencoba banyak cara yang mungkin efektif dalam menjalankan kerja tim namun carilah yang paling sesuai dengan cara Anda memimpin.

Bukan hanya mengenai menjadi yang terbaik, namun menemukan sisi terbaik yang Anda miliki untuk memberikan pengaruh positif pada orang lain.

3. Orang-orang tidak suka dengan perubahan

Tidak semua orang benci dengan perubahan, bahkan bisa jadi banyak yang menginginkan perubahan.

Perubahan yang tidak disukai adalah perubahan yang sebenarnya tidak perlu dan tidak penting, apalagi berupa paksaan dari atasan.

Libatkan rekan-rekan kerja jika ingin membuat perubahan, mungkin mereka akan lebih berpartisipasi dan menyukainya.

Perubahan dapat berarti baik jika benar-benar membawa perbaikan yang nyata.

4. Hanya ada satu cara memimpin

Jangan berpikir hanya ada satu cara memimpin atau satu jalan dalam memecahkan sebuah masalah.

Situasi dan kondisi bisa berubah dan dibutuhkan inovasi dalam menyelesaikannya.

Kepemimpinan lebih penting daripada pengelolaan

Seringkali orang-orang hanya melihat hal kepemimpinan seperti visi, strategi, dan lainnya menjadi sebuah hal yang besar dan menyepelekan hal-hal manajerial.

Padahal pengelolaan juga dibutuhkan dalam memimpin, dan atasan juga sebaiknya memiliki dua hal tersebut.

5. Atasan dengan strategi terbaik selalu unggul

Ide besar akan sangat bagus, namun seseorang yang mengusulkannya juga harus mewujudkannya.

Strategi yang paling bagus sekalipun butuh pelaksanaan yang baik, bukan hanya ada di kepala saja.

6. Karakter pemimpin itu bawaan, bukan bentukan lingkungan

Setiap orang bisa menjadi pemimpin dalam versi masing-masing.

Tidak ada pemimpin yang ‘lahir’ tanpa belajar dari lingkungan.

Jadi pemimpin dibentuk dari pengalamannya, bukan bawaan lahir.

7. Robot dibuat untuk menggantikan pekerjaan manusia

Memang menyeramkan jika pekerjaan manusia diambil alih oleh robot dan menyebabkan banyak pengangguran.

Sebenarnya bukan seperti demikian, teknologi kita butuhkan untuk menunjang pekerjaan, bukan malah menyingkirkan manusia.

8. Data akan membereskan apapun

Tidak semua dokumen yang sudah ada akan menjadi jawaban atas semua masalah.

Pemimpin sebaiknya tidak hanya meminta data akurat paling cepat dan hanya mengandalkan data yang sudah ada.

Meski tidak bisa instan, data baru patut diberi perhatian supaya informasinya lebih akurat.

9. Penilaian tahunan membantu Anda memperbaiki kinerja

Jika ada evaluasi, jangan menunda hingga ada penilaian tahunan.

Bisa jadi hal itu akan terus menghambat kerja tim dan menjadikannya tidak produktif.

Koreksilah apa yang salah dengan waktu yang tepat dan cara yang pantas.

(Natalia Mandiriani)

Artikel Terkait