Advertorial
Intisari-Online.com – "True taste is in the heart, not on the tounge," ujar Gandhi
Sepenggal kalimat bijak dari Mahatma Gandhi itu, menganjurkan kita cara makan yang baik yaitu berdasarkan hati, dan bukan lidah semata.
Hasilnya adalah keseimbangan fungsi organ tubuh dan kesehatan kita tentunya.
Bagaimana sih pola makan yang selaras dengan kebutuhan tubuh dan jiwa kita?
Sejatinya kita makan untuk menyambung hidup. Tetapi jika "salah makan", baik itu kelebihan atau kurang makan, justru bisa berakibat buruk, yakni mengundang penyakit.
Salah makan? Ya, apa boleh buat, istilahnya di masyarakat sudah begitu, walau sebenarnya yang salah bukan makannya, tapi polanya.
Kesalahan pola makan tak lain merupakan muara dari pola hidup tidak sehat.
Kerja keras berlebihan, tak kenal waktu sekaligus tidak memperhatikan asupan makanan.
Atau yang ironis, salah kaprahnya kaum mapan, sembarangan mengonsumsi vitamin atau suplemen tertentu. Hasilnya bukan sehat, tapi sakit.
Pola hidup zaman sekarang, termasuk soal pola makan, perlu penyesuaian agar tercipta keselarasan.
Begitu anjuran dr. William Adi Tedja, TCM, MA dari Klinik Utomo Chinese Medical Center, Jakarta Barat.
Misalnya, sinse lulusan Shanghai, RRC itu memberi gambaran, berdasarkan teori pengobatan tradisional Cina, orang dulu selalu sarapan setelah melakukan aktivitas.
Entah itu berkebun atau olahraga pagi.
Berbeda dengan kebiasaan orang zaman sekarang, yang langsung sarapan setelah bangun tidur dan mandi. Akibatnya proses metabolisme tubuh menjadi kacau.
Efek yang bisa dirasakan secara langsung, sesuai makan pagi bukan makanan menjadi energi, tapi justru dibuang terus alias murus-murus.
Karena pagi hari, sekitar pukul 05.00 - 07.00, organ tubuh yang aktif bekerja maksimal adalah usus besar yang bertugas melakukan pembuangan sisa metabolisme tubuh.
Agar terhindar dari "panggilan alam" terus menerus di pagi hari, sebagian orang memilih untuk tidak sarapan.
Kemudian balas dendam dengan makan berat di siang hari. Hasilnya jam-jam menjelang siang, tubuh terasa lemah karena kurang energi.
Makan pagi justru sangat penting karena menjadi sumber tenaga untuk aktivitas sepanjang hari.
Waktu yang tepat sekitar pukul 07.00 - 09.00 saat lambung bekerja optimal mencema makanan.
Kesulitannya, bagi para pekerja kantoran, pada waktu tersebut biasanya sedang berada dalam perjalanan menuju ke kantor.
Mau makan di jalan, pasti kurang memungkinkan.
Satu lagi yang kerap menjadi keluhan, mengapa setelah makan siang, badan tidak menjadi segar setelah diberi asupan energi, eh…. malah mengantuk.
Padahal kerjaan sedang menumpuk dan harus segera diselesaikan.
Rupanya ini pun karena jadwal makan siang – terutama pekerja kantoran – yang salah, karena mengikuti jam istirahat, pukul 12.00.
Menurut William, makan berat pada tengah hari justru memperberat kerja jantung, mengingat organ vital ini sedang giat-giatnya bekerja.
Energi chi (energi alamiah) yang dibutuhkan jatung untuk bekerja akan berkurang karena dioper ke lambung untuk mem-back up proses pencernaan.
Akibatnya di sore hari kita akan merasa mengantuk karena energi chi sedang diambil lagi ke jantung.
Disarankan, makan siang sebaiknya dilakukan sekitar pukul 13.00 - 15.00, karena chi sedang berada di usus kecil.
Waktu tepat untuk makan anjuran William ini memang agak lain, lantaran mengacu pola meridian tubuh atau sebutannya zi wu liu zhu.
Makan mengikuti perjalanan chi
Pola meridian pada tubuh manusia (zi wu liu zhu) sejak dulu digunakan oleh para ahli pengobatan Cina sebagai titik-titik akupuntur.
Dengan mengikuti pola titik meridian pada tubuh ini, gejala sakit pada organ tertentu di tubuh kita dapat diketahui.
Pada titik-titik meridian sebenamya terdapat berbagai aliran chi.
Ada chi yang berputar, chi yang berjalan di dalam pembuluh darah (nutri chi) dan ada yang di luar pembuluh darah (pelindung chi).
Fungsi tiga chi ini sama, yaitu sebagai daya tahan tubuh dari serangan kuman.
Perjalanan chi di dalam pembuluh darah dan pelindung chi yang berada di luar pembuluh darah arahnya saling berlawanan.
Berdasarkan perjalanan chi pada titik meridian ini, ilmu kedokteran Cina membagi organ tubuh manusia menjadi 12 bagian.
Keduabelas organ ini dibagi dalam dua kelompok besar yaitu organ chang yang fungsinya menyimpan, dan organ fu yang fungsinya mengolah dan membuang.
Organ chang terdiri atas limpa, ginjal, paru-paru, jantung, hati, dan pericardium (selaput) atau pelindung jantung.
Untuk organ fu terdiri dari lambung, kandung kemih, usus besar, usus kecil, kandung empedu, tiga pemanas (san ciau) atau diafragma.
Perjalanan chi mengalir menuju keduabelas organ ini melalui pembuluh darah.
Berdasarkan pola perjalanan chi itu, William menawarkan pola hidup yang selaras dan seimbang.
Misalnya, sesibuk apapun, kita sebaiknya sebelum jam 23.00 sudah beranjak tidur. Jika dipaksakan bekerja akan merusak fungsi hati.
Pagi harinya, pukul 09.00-11.00 adalah saat orang sedang giat-giatnya bekerja, karena nutrisi sedang disebarkan oleh limpa ke seluruh tubuh.
Manfaatkanlah waktu ini untuk bekerja dengan maksimal.
Setelah bekerja perlu waktu istirahat. Pukul 11.00-13.00 adalah waktunya organ jantung bekerja giat, sebaiknya digunakan untuk tidur atau istirahat, minimal 20 menit.
Hasilnya, setelah bangun tidur tubuh akan terasa segar.
Di sore hari pun tidak mengantuk. Jika waktu istirahat ini dipaksakan untuk bekerja, bagi yang berpenyakit jantung bisa berbahaya karena akan sangat membebani kerja jantung.
Energi dari makanan akan kita butuhkan untuk bekerja.
Pada pagi hari, porsi makannya berat, siang hari ringan tak terlalu kenyang, sedangkan malam boleh tidak makan. Terasa aneh bagi Anda?
Penjelasannya, sarapan sangat penting untuk bekal energi sepanjang hari.
Saat yang tepat adalah pukul 07.00-09.00 ketika lambung sedang bekerja optimal.
Waktu makan siang sebaiknya pukul 13.00-15.00, karena waktu ini chi sedang berada di usus kecil.
Sedangkan makan malam sebaiknya pukul 19.00-21.00 karena di luar waktu tersebut, lambung sedang tidak optimal bekerja.
Bagi yang sedang menjalani pengobatan, William juga menganjurkan waktu minum obat dengan mengikuti pola perjalanan chi ini.
Hasilnya, kerja obat akan lebih efektif.
Misalnya untuk penyakit jantung, dianjurkan minum obat jantung tepat jam 13.00 - 15.00, saat jantung sedang bekerja optimal. Begitu seterusnya.
Lebih baik hangat
Secara alamiah manusia sebenarnya memiliki sinyal di kala sedang membutuhkan sesuatu untuk dimakan.
Misalnya orang Kalimantan sangat suka sekali makanan pedas karena lingkungan tempat tinggalnya yang lembab dan dingin, jadi butuh semacam penghangat.
Tak heran menu makanan mereka biasanya pedas. Sehingga makan perlu selaras dengan apa yang dibutuhkan tubuh.
"Sedangkan minum, memang lebih baik jika dipilih yang hangat-hangat. Bagus untuk paru-paru karena organ ini sifatnya hangat, tak suka terlalu dingin atau terlalu panas. Tubuh kita sendiri ini sesungguhnya bersifat panas," tutur William.
Terhadap sinyal-sinyal tubuh, William menganjurkan untuk mengikutinya.
Sederhana saja. Jika saatnya butuh minuman dingin berarti tubuh sedang panas.
Tubuh yang sedang panas, ingin banyak makan sayuran karena sayuran mempunyai sifat dingin, apalagi jika lama disimpan di kulkas.
Kalau kita bekerja di lingkungan ber-AC, inginnya minum yang hangat. Ikuti saja.
Jika seseorang sudah memiliki pola pikir yang kaku, sulit untuk mengikuti sinyal tubuh Ini.
Minum dingin sedikit saja, takut bakalan terserang penyakit.
Walau memang pada dasarnya, pencernaan kita memang lebih baik menerima makanan bersuhu hangat daripada dingin.
Begitu pula mengenai rasa makanan. Setiap rasa punya manfaat sendiri. Rasa manis berfungsi menguatkan limpa. Rasa asin menguatkan ginjal.
Jika ingin merasakan pedas pertanda paru-paru sedang lemah.
Ingin merasakan pahit, berarti jantung sedang lemah. Ingin merasakan asam, pertanda hati sedang lemah.
Dalam ilmu pengobatan Cina juga dikenal makanan yang sehat dan selaras, yaitu jika lima rasa (manis, asin, asam, pahit, pedas) telah seimbang.
Idealnya, makanan kita sehari-hari rasanya tawar. Karena jika kelima rasa itu dicampur, maka akan terasa tawar.
William mengingatkan, soal mengecap rasa ini tetap perlu dibatasi, meski kita mungkin senang sekali terhadap rasa tertentu.
Karena sebenarnya setiap organ tubuh saling berhubungan. Jika suka sekali dengan yang asam misalnya, maka fungsi "keinginan" hatinya terlalu kuat.
Padahal hati membatasi limpa, sehingga fungsi limpa bisa terganggu kalau terus-terusan mengonsumsi yang asam-asam.
Rasa berperan juga dalam mengatur emosi. Saat stres misalnya, hati sedang buntu. Agar lancar dan rileks, makanlah makanan yang manis.
Makanan pedas akan menghilangkan stresnya. Saat loyo, lemas, dan tak bergairah perlu meningkatkan kerja limpa, minum yang manis-manis agar enerjik.
Masih ada lagi. Ketika ketakutan dan gampang terkejut adalah pertanda ginjal sedang lemah. Makanlah yang asin biar tidak takut dan ginjalnya kuat.
Saat sedih yang diserang adalah paru-paru, sehingga makan makanan yang pedas membuat kita tidak sedih lagi.
Ketika marah-marah, jantung sedang butuh yang pahit. "Orang yang marah diberi rasa pahit bakalan enggak marah lagi," jelas William sambil tersenyum.
Sesekali boleh juga kita mengikuti selera lidah. Tetapi tetap harus diantisipasi dengan lawan atau kawan dari rasa itu.
Misalnya rasa asin masuk ke ginjal akan mengaktifkan hati. Ketika hati lemah, orang ingin sekali makan yang asam-asam, digabung dengan asin.
Saat jantung lemah perlu juga makan yang asam-asam. Memang yang paling tepat untuk jantung adalah rasa pahit.
Tapi kalau terlalu pahit, jantung juga bisa terasa sesak. Makanan pahit pun akan cepat membuat lapar.
Inilah semua yang dimaksud dengan makan yang mengikuti hati. Jika tubuh merasa tidak enak, stop makan dulu!
Bukan asal makan terus kenyang
Makan tidak asal makan yang membuat perut kenyang. Ada "aturan-aturan" yang harus dituruti agar organ tubuh bagian dalam tidak protes.
Selain itu agar membuat makanan dapat memberi maksimal pada tubuh. Caranya:
Kunyahlah sampai lembut
Mengunyah makanan sampai lembut akan mengurangi kerja keras lambung dan usus dalam proses pencernaan. Tugas usus bisa terfokus untuk menyalurkan energi demi penyembuhan dan proses perbaikan organ.
Enzim pencernaan yang ada di air liur juga bekerja sempurna, yang merupakan langkah awal proses pencernaan. Itulah sebabnya disarankan agar saat makan kita tidak ngobrol.
Jangan banyak minum saat makan
Banyak minum atau kemasukan cairan lain, akan mencairkan asam lambung dan enzim pencernaan.
Akibatnya enzim dan asam lambung ini tidak bekerja efektif "mencerna" makanan. Sebaiknya minum dua jam sebelum atau sesudah makan.
Kurangi garam dan rasa pedas untuk membantu tidak minum sewaktu makan.
Makan tidak sambil melakukan kegiatan fisik
Kira-kira satu setengah bagian dari suplai darah seluruh tubuh diperlukan organ pencernaan ketika mencerna makanan.
Kegiatan fisik saat makan akan memindahkan suplai darah dari organ pencernaan, sehingga membuat proses pencernaan menjadi tidak efektif. Istirahat satu jam sebelum makan akan memperlancar suplai darah ke organ pencernaan dan membuat proses pencernaan berjalan efektif.
Makan dengan hati yang senang
Neuropsikologis menemukan bahwa orang yang menghargai makanan dan saat-saat makan, akan lebih efektif dan efisien dalam mencerna makanan. Dibandingkan dengan orang yang makan sambil menonton televisi atau ngobrol.
Dengan memperhatikan cara-cara makan itu, akan meminimkan gangguan pencernaan seperti perut tidak nyaman, kembung, sendawa, konstipasi (sulit buang air besar) dan diare.
Tak harus vegetarian
Apakah menjadi vegetarian, seseorang pasti sehat? Belum tentu juga, kata William. Yang terbaik sebenarnya menyeimbangkan jenis makanan yang kita konsumsi, antara sayur dan daging.
Paling penting adalah kualitas makanannya. Sayur bebas pestisida, daging yang baik bebas penyakit. Porsinya saja yang dikurangi jika berat badan kita sudah berlebih.
Ngemil boleh-boleh saja, asalkan dibatasi. Makanan yang sehat menurut tradisi orang Cina adalah makanan seimbang, rasanya tawar.
Minumnya teh kental (pahit) untuk membersihkan pembuluh darah.
Untuk tahu apakah makanan yang kita makan sudah selaras atau belum, bisa dilihat sendiri saat buang air besar.
Jika feses terasa keras, tandanya usus butuh serat atau sayuran. Jika normal saja, berarti tak perlu serat. Tetapi kalau feses terlalu encer, tandanya tubuh kelebihan serat.
Intinya, jika tinja bentuknya bagus berbentuk silinder sempurna, tandanya kebutuhan serat dan protein sudah seimbang.
Jika tinja pecah encer pertanda seratnya terlalu banyak. Keras sekali atau sembelit saat buang air besar, pertanda seratnya kurang.
(Ditulis oleh Bimo Wijoseno. Seperti pernah dimuat di Mind, Body & Soul – Intisari)