Advertorial

Kecanduan, Inilah Mengapa Banyak Orang Pura-pura Sibuk di Kantor

Moh Habib Asyhad

Editor

Yang paling menyedihkan dari semua itu adalah bahwa kesibukan sepertinya telah menjadi candu--sehingga ia sulit untuk ditinggalkan.
Yang paling menyedihkan dari semua itu adalah bahwa kesibukan sepertinya telah menjadi candu--sehingga ia sulit untuk ditinggalkan.

Intisari-Online.com -Sok sibuk!

Menurut sebuah survei yang diterbitkan minggu lalu menemukan, hampir 3 dari 10 (sekitar 29 persen) pekerja mengatakan bahwa mereka tidak minum kopi di tempat kerja karena mereka terlalu sibuk atau tidak punya waktu untuk melakukan itu.

Survei itu dilakukan oleh organisasi polling YouGov.

(Baca juga:Miris! Banyak Orang Jadi Sok Sibuk Hanya karena Menganggap Orang Sibuk Punya Derajat yang Lebih Tinggi)

Meskipun survei itu menyoroti para pekerja di Eropa, YouGov percaya bahwa kebiasaan itu juga terjadi di belahan bumi lainnya.

Survei lain yang dilakukan oleh Staples di Amerika dan Kanada menemukan, lebih dari seperempat pekerja di sana tidak beristirahat setiap hari selain untuk makan siang.

Alasan utama mereka karena “tidak bisa”.

Sementara survei lain menemukan bahwa banyak pekerja yang terlalu sibuk untuk sekadar makan siang kecuali di meja kerja mereka.

Menurut para ahli, saat ini, sibuk telah menjadi status sosial di sebuah tempat kerja.

“Ini adalah lencana kehormatan baru,” ujar Marc Dorio, seorang pelatih eksekutif.

“Jika Anda tidak sibuk, Anda tidak dipandang penting.”

Pendiri Call to Career Cheryl Palmer menambahkan bahwa “di banyak tempat kerja ada dorongan untuk tampil sibuk sepanjang waktu,”—tanpa begitu banyak menghasilkan.

Dan sialnya, kadang-kadang, ia menambahkan, cara seperti itu justru dihargai dengan sebuah promosi. Atau paling tidak mendapat imbalan kenaikan gaji.

(Baca juga:Kita Sering Lupa Bahagia Justru Karena Terlalu Sibuk Mengejar Kebahagiaan yang Belum Pasti)

Karena sibuk sudah dianggap sebagai gaya hidup di kantor, maka banyak dari pekerja yang pura-pura sibuk.

“Ada tekanan sosial/profesional yang luar biasa agar ia terlihat sibuk … penting, berharga, berguna, dan terlibat dalam sebuah pekerjaan. Berapa banyak dari kita yang suka membual bahwa kita terlalu sibuk untuk berlibur, atau membaca buku, atau menghabiskan waktu bersama keluarga?” tanya Carlota Zimmerman, seorang ahli strategi sukses yang berbasis di New York.

Tentu saja, beberapa kesibukan itu adalah bahwa kita bekerja lebih banyak dari apa yang kita lakukan sebelumnya.

Menurut Gallup, rata-rata jam kerja di AS adalah 47 jam per minggu, dengan 18 persennya bekerja lebih dari 60 jam per minggu.

Tapi kultus kesibukan lebih dari sekadar bekerja lebih lama dan terlihat sibuk.

“Kami sangat terganggun oleh itu semua,” terang Katie Bennet, co-founder firma pelatihan karier Ama la Vida.

“Email pribadi, media sosial, pesan instan, berkirim pesan; ini semua membuat mereka merasa sangat sibuk, meski mereka tidak menghasilkan apa-apa.”

Tapi yang paling menyedihkan dari semua itu adalah bahwa kesibukan sepertinya telah menjadi candu.

(Baca juga:Masih Saja Sibuk Kerja Sampai Tidak Sempat Berlibur? Simak Kisah Tukang Sayur Ini)

“Kami tidak tahu apa yang harus dilakukan saat kami tidak sibuk dan oleh sebab itu—sadar atau tidak—kami melakukan lebih banyak hal untuk membuat diri kami sibuk. Ini kemudian menjadi kebiasaan, menjadi candu,” tegasnya.

Artikel Terkait