Advertorial
Intisari-Online.com—Kita disuguhi berbagai informasi dari film, majalah, koran, dan situs-situs informasi lainnya bahwa kekayaan selalu berhubungan dengan orang yang sibuk bekerja.
Sehingga terbentuk pemikiran bahwa orang kaya atau orang sukses pasti selalu sibuk.
Coba perhatikan, di media sosial bahkan di kehidupan sehari-hari, banyak orang yang mengklaim dirinya sibuk.
Banyak juga orang yang mengunggah kesibukan hariannya di media sosial dan menunjukkan pada dunia bahwa dirinya orang yang sibuk.
Para selebritas misalnya, juga sering mengeluhkan kehidupan yang sibuk.
(Baca juga: Kita Sering Lupa Bahagia Justru Karena Terlalu Sibuk Mengejar Kebahagiaan yang Belum Pasti)
Sadar tidak sadar, kesibukan menjadi status baru yang melekat pada diri seseorang.
Kita sering menganggap bahwa orang sibuk memiliki derajat yang lebih tinggi ketimbang orang yang tidak terlalu sibuk.
Laman Pschologytoday.com menyebutkan, kondisi ini dipengaruhi oleh persepsi bahwa orang sukses tidak pernah membuang waktunya untuk hal yang tidak berguna.
Sehingga sibuk dengan pekerjaan dianggap sebagai status yang lebih berharga dan merujuk pada kesuksesan seseorang.
Mengapa orang sibuk dipandang memiliki status yang lebih tinggi?
(Baca juga: Sakit, Terlalu Sibuk, atau Sedang Malas untuk Berziarah? Hubungi Saja Peziarah Sewaan Ini)
Dalam budaya Amerika misalnya, orang percaya bahwa status sosial itu merupakan sebuah pencapaian yang dapat diraih dengan kerja keras.
Sehingga pemikiran bahwa orang sibuk merupakan ciri orang sukses terbentuk secara tidak langsung.
Pada penelitian dalam ruang lingkup yang lebih kecil, orang sibuk dipandang sebagai orang yang langka.
Sehingga orang yang “sibuk” dianggap lebih tinggi statusnya karena kelangkaannya tersebut.
Secara umum, orang-orang sibuk dianggap memiliki status yang lebih tinggi.
(Baca juga: Masih Saja Sibuk Kerja Sampai Tidak Sempat Berlibur? Simak Kisah Tukang Sayur Ini)
Sayangnya, keadaan ini banyak disalahgunakan oleh orang-orang yang ingin membanggakan kesibukannya.
Akhirnya ada orang yang setiap hari mengekspos kesibukannya di media sosial.
Kemudian tampak di depan umum dengan gawai seolah selalu sibuk dengan pekerjaannya.
Mengunggah di media sosial betapa sulitnya dirinya membagi waktu, dsb.
Dengan tujuan (ada yang menyadari, ada pula yang tidak) dianggap lebih kompeten, lebih ambisius, lebih tinggi statusnya dari orang lain.
Tentu fenomena ini tidak berlaku bagi semua orang.
Namun kenyataannya ada orang-orang yang berusaha terlihat sibuk sepanjang waktu demi dipandang dan dinilai lebih oleh orang lain.
Nah, apabila kita adalah salah satu orang yang menganggap kesibukan adalah sebuah status, alangkah baiknya untuk membenahi motivasi diri.
Jangan sampai karena kita terobsesi oleh kesibukan, kita melupakan aspek kehidupan lainnya.
Apabila kita adalah orang yang merasa ‘kecil’ karena melihat orang lain memamerkan kesibukannya, sebaiknya jauhkan pikiran itu segera.
Setiap orang memiliki bagiannya masing-masing, tak perlu membandingkan diri Anda dengan orang lain.
Hanya pastikanlah, untuk melakukan bagian Anda dengan sebaik mungkin.
Ingat, orang sibuk, orang produktif, dan orang sok sibuk itu berbeda. Kita tinggal memilih ingin menjadi bagian yang mana.