Juga hasrat terhadap perubahan, kecenderungan mendominasi, kecenderungan agresivitas, dll.
(Baca juga: Apa yang Sebaiknya Ditulis dalam Lamaran Pekerjaan? Kiat-kiat Melamar Pekerjaan Ini Semoga Bisa Menolong Anda)
Itulah sebabnya, walaupun telah hafal di luar kepala isi buku jimatnya, Aji baru lulus pada "tes" kelima.
Sebab buku itu sebenarnya hanya mengungkap satu aspek: aspek kecerdasan. Itu pun tidak secara akurat. Lalu kalau lolos, Aji belum tentu berhasil melewati tahapan seleksinya.
Harus "bebas budaya"
Metode, alat, atau perlengkapan untuk mengungkapkan aspek psikologis, selalu standar.
Artinya, tidak dibuat dan disusun sembarangan karena hasilnya harus reliable, dapat dipercaya. Jadi, apa pun alat yang dipakai, hasilnya akan selalu ajek, sama.
Misalnya, bila seseorang dites dengan suatu alat tertentu, hasilnya menunjukkan tingkat kecerdasan oknum itu berada pada taraf rata-rata tinggi (high average).
Bila dia dites lagi dengan alat berbeda, hasilnya tetap harus tinggi juga.
Hasil tersebut akan tetap selalu reliable, karena sebelum suatu tes go public (dipergunakan secara luas), harus mengalami rangkaian uji coba yang panjang dan akurat.
Suatu tes asal luar Indonesia, hams mengalami penyesuaian dan "penyelarasan" dengan sikon sosial-budaya Indonesia.
(Baca juga: Mau Bekerja di Google? Inilah 10 Pertanyaan yang Mereka Ajukan saat Wawancara Kerja)
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR