Selain itu, prajurit Indian yang bertempur demi kehormatan lebih mementingkan aksi individu daripada bertempur secara terkoordinasi.
Dalam kondisi peperangan seperti itu sepak-terjang prajurit Indian benar-benar berbahaya karena tidak takut mati dan terus akan menyerang sampai mendapatkan kulit kepala lawan.
Custer gugur
Namun, prajurit Indian yang harus dihadapi oleh Mayor Reno dan pasukannya dalam pertempuran ternyata lain.
Kali ini prajurit Indian yang harus dihadapi merupakan gabungan dua suku Cheyenne dan Sioux yang bertempur secara bahu-membahu sehingga membuat pasukan Mayor Reno makin terdesak.
Tak ada cara lain bagi pasukan Reno kecuali bergerak mundur dan kemudian bertahan di atas bukit yang kebetulan bernama Reno Hill.
Setelah berhasil mengusir pasukan Mayor Reno, prajurit-prajurit Indian segera berbalik lalu berpacu menyeberangi sungai Little Big Horn dan kemudian menghadang pasukan Custer yang sedang bergerak ke utara.
Tak hanya itu prajurit Indian suku Oglala Sioux yang dipimpin Crazy Horse juga datang dari atas bukit ‘’seperti belalang yang beterbangan’’ menuju pasukan Custer yang masih kaget mengingat banyaknya prajurit Indian yang datang.
Tembakan senapan dan panah-panah Indian segera menghujani pasukan Custer.
Melihat banyaknya Indian yang datang, pasukan Custer yang berada di padang terbuka segera menyusun barisan berlapis dan sebagian pasukan lainnya menggali tanah sebisanya untuk membangun parit perlindungan.
Barisan pasukan Custer yang berlapis dua melancarkan serangan dengan cara menembak kuda-kuda Indian dan penunggangnya.
Tapi karena pertahanan pasukan Custer lemah serbuan prajurit Indian yang terus datang tak bisa dibendung lagi.
Satu persatu anak buah Custer gugur dalam pertempuran yang berlangsung sekitar satu jam. Letkol Custer sendiri gugur akibat luka tembakan senapan dan panah Indian.
Gugurnya Custer menandai berakhirnya pertempuran Little Big Horn yang merupakan kemenangan telak bagi Indian sekaligus malapetaka bagi militer AS, khususnya 7th Cavalry.
Ratusan pasukan 7th Calvary yang gugur, meskipun masih menjadi kontroversi, segera dikerumuni orang-orang Indian untuk dimutilasi.
Tindakan mutilasi ini didasari keyakinan bahwa jiwa para penyerang akan dipaksa meninggalkan bumi menuju alam baka tapi tak akan pernah masuk surga.
Tapi khusus untuk jenasah Custer, yang cukup dikenal oleh suku-suku Indian sebagai petarung ulung, tubuhnya ditemukan masih utuh.
Kemungkinan prajurit Indian yang dikenal menghormati lawan tangguh dan kesatria tidak melakukan mutilasi tubuh Custer karena memang bertujuan menghormatinya.
Malapetaka yang dialami oleh 7th Calvary menjadi tragedi terburuk bagi militer AS karena 252 pasukan baik perwiramaupun prajurit gugur dalam pertempuram yang berlangsung sekitar satu jam saja.
Jumlah korban tewas itu mencapai 52 persen karena lima kompi pasukan yang dipimpin Custer gugur semuanya.
Dari analisis militer yang kemudian dilakukan US Cavalry, kesalahan Custer tidak hanya pada salah menghitung jumlah musuh tapi juga pada persenjataan yang digunakan.
Dari segi jumlah, pasukan Custer yang berkekuatan 600 personel ternyata harus menghadapi prajurit Indian dari beragam suku lebih dari 1800 orang.
Meskipun pertempuran Little Big Horn merupakan sejarah buruk dan trauma sejarah bagi militer AS setelah melakukan penyelidikan sejumlah medali telah diberikan kepada personel militer dan penduduk sipil yang turut membantu.
Khususnya membawa air ke puncak bukit tempat pasukan 7th Cavalry dirawat karena luka.
Medali sebanyak 24 buah, Medals of Honor diberikan pada tahun 1878.
Tapi dari penyelidikan yang dilakukan militer AS juga menemukan sejumlah prajurit ternyata telah bunuh diri karena takut tertangkap Indian hidup-hidup.
Mereka memilih bunuh diri daripada ditangkap Indian dan disiksa habis-habisan seperti dikelupas kulit kepalanya.
Penulis | : | Moh Habib Asyhad |
Editor | : | Moh Habib Asyhad |
KOMENTAR