Penulis
Intisari-Online.com - Detasemen Jalamangkara (Denjaka) merupakan pasukan khusus Indonesia dari TNI Angkatan Laut yang berdiri pada 4 November 1982.
Awalnya, pasukan ini dibentuk dengan nama Pasukan Khusus AL (Pasusla), bertugas menanggulangi ancaman aspek laut seperti terorisme, sabotase dan ancaman lain.
Kemudian karena perkembangan pasukannya yang begitu mumpuni, pada 2 November 1984 terbentuklah nama Detasemen Jala Mangkara (Denjaka).
Detasemen ini menjadi satuan antiteror di bawah komando pelaksana Korps Marinir untuk melaksanakan operasi antisabotase, antiteror aspek laut, Anti- bajak pesawat udara, perang kota/hutan/pantai/laut dan inteligen.
Melansir Tribunnews.com, Sebagai pasukan khusus yang dibentuk oleh TNI AL, para personel Denjaka merupakan orang-orang pilihan dan terbaik di satuannya.
Para personel Denjaka berasal dari personel terbaik yang semula sudah bertugas di satuan pasukan khusus TNI AL, yakni Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan Intai Amfibi Marinir (Taifib).
Tak heran, Denjaka dikenal pasukan khusus milik TNI AL yang memiliki kemampuan mumpuni.
Dalam berbagai atraksi di luar negeri, Denjaka kerap membuat gentar pasukan-pasukan khusus lainnya termasuk Navy SEAL dari Amerika Serikat (AS).
Para anggota Navy SEAL yang secara rutin melakukan latihan bersama Denjaka selalu dibuat geleng-geleng kepala mengingat latihan Denjaka tergolong ekstrem dan berbahaya.
Misalnya saja para personel Denjaka biasa melakukan latihan menembak sasaran dalam jarak dekat dan saling berhadap-hadapan menggunakan peluru tajam.
Juga melakukan demo penerjunan dari udara untuk membebaskan teroris dengan cara terjun di atas atap gedung atau kapal kecil yang sedang melaju di tengah laut, dan lain-lain.
Pasukan ini juga terlatih berenang di laut dengan jarak jauh dan menyelam ke dasar laut.
Sejak memperoleh legalisasi lewat surat keputusan Panglima ABRI tahun 1984, pasukan khusus ini menjadi satuan antiteror yang pembinaannya khusus di bawah Komandan Korps Marinir.
Satuan elite ini bermarkas komando merangkap pusat pendidikannya di Bhumi Marinir Cilandak, Jakarta Selatan.
Denjaka memiliki fasilitas latihan yang lengkap di Bhumi Marinir.
Terdapat bangunan yang bisa mensimulasikan lautan, kapal perang, kapal selam, hutan belantara, rawa-rawa, bangunan untuk latihan perang antiteror, dan lainya.
Pada dasarnya, materi pendidikan antiteror dan antisabotase yang diterima calon anggota Denjaka tak banyak berbeda dengan yang disuguhkan pada unit-unit antiteror lainnya di jajaran TNI.
Hanya saja ruang lingkup operasi lebih banyak berkutat di laut.
Selain metode pencapaian sasaran lewat teknik lintas udara (combat free fall) juga ditekankan penguasaan metode bawah air (combat diving) dan lintas atas air senyap. Baik dengan berenang (combat swimming) maupun memakai perahu karet.
Hal tersebut wajar mengingat pada praktiknya satuan Denjaka sedang menggabungkan ketiga macam teknik perlintasan guna mencapai sasaran yang dituju.
Alhasil, satuan elite ini bakal mengadakan program latihannya di tempat yang bermatra lautan.
Misalnya kapal penumpang yang tengah berlayar, anjungan minyak lepas pantai, atau pulau terpencil di tengah laut.
Selain penguasaan ilmu bertempur, Denjaka juga dibekali ilmu kejiwaan dan analisa situasi khusus.
Para anggota Denjaka tentu harus menguasai ilu tersebut untuk melancarkan misi yang dijalankannya.
Sebelum melancarkan serangan, biasanya diajukan tim pendahulu yang bertindak sebagai negosiator dengan teroris.
Di samping agar tahu apa yang dituntut, dari negosiasi dapat juga diukur waktu yang cukup lama agar unit serbu sempat menyiapkan diri sebaik mungkin.
Tak hanya itu, para negosiator juga bertugas 'membaca' kemampuan, kekuatan, tipu muslihat, sekaligus kelemahan teroris.
Bila upaya negosiasi berujung pada kebuntuan, unit serbu segera dikerahkan. Terbagi dalam tiga tim, yakni tim atas air, bawah air, dan lintas udara.
Masing-masing tim beranggotakan selusin prajurit dengan spesialisasi beragam. Mulai dari penjinakan bahan peledak, medis, komunikasi elektronik dan teknologi informasi.
Ada banyak sandi yang dipakai dalam operasi Denjaka. Isyarat operasi bisa disandikan dengan "KILAT", penundaan dengan "MENDUNG", dilanjutkan dengan "CERAH".
Waktu yang dibutuhkan oleh ketiga tim serbu Denjaka sejak masuk ke lokasi sasaran, menggelar serangan dadakan hingga evakuasi personel biasanya tak lebih dari 15 menit.
Layaknya satuan antiteror, tim serbu mengandalkan persenjataan yang cukup mumpuni dalam pertarungan jarak dekat.
Baca Juga: Jepang Termasuk Militer Paling Kuat di Dunia, Tapi Ini yang Tidak Bisa Dilakukannya
Tak hanya operasi antiteror dan antisabotase, Denjaka dapat pula dilibatkan dalam operasi rahasia 'jenis lain' berdasarkan perintah langsung Panglima TNI.
Hingga kini, keberadaan satuan ini terkesan dirahasiakan.
Bahkan penugasannya pun acap kali tak diakui ataupun tercatat resmi oleh Markas Besar TNI.
Pasukan khusus Indonesia ini dikenal menggunakan seragam warna hitam dan memakai baret ungu, dengan motto mereka "Satya Wira Dharma".
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari