Find Us On Social Media :

Di Ruteng Lelaki Memasak, Wanita Mengurus Ternak

By Moh Habib Asyhad, Senin, 18 September 2017 | 13:40 WIB

Karena itu mereka tidak berbelanja tiap hari.

Ikan segar sangat banyak dijumpai, begitu pula ikan yang sudah diawetkan dengan cara diasin. Mereka menyebutnya ikan kering. Sayur yang biasa ditemukan di sini antara lain daun ubi, daun pepaya, dan labu manis dimasak dengan santan.

Kubis dan buncis kadang-kadang ada. Apabila ada tamu datang ke suatu kampung, biasanya  mereka dijamu dengan nasi, sayur daun pepaya, dan ayam yang dimasukkan ke dalam kuah santan.

Karena letak tanahnya tinggi, sumur sangat jarang dijumpai. Apabila ingin mandi, orang harus berjalan kaki ke sumber air atau sungai dengan menuruni bukit.

Kadang-kadang, letak sungai itu masih satu jam perjalanan dari perkampungah. Itulah  sebabnya  penduduk kawasan ini  rata-rata hanya mandi satu hari satu kali.

Tempat buang air besar tak jarang hanya berupa gubuk kecil dari dinding bambu seadanya, dengan dua kayu di bawah, tempat kaki berpijak. Apabila kotoran sudah menggunung gubuk kecil itu dipindahkan tempatnya.

Di desa-desa dekat pusat kecamatan masih lebih bagus karena sudah cukup banyak  yang mempunyai fasilitas MCK._Di dekat pusat kecamatan mengalir sungai besar  bernama Waepesi.

Mata pencaharian penduduk adalah bertani atau sebagai nelayan. Ada pula yang berdagang, terutama kaum pendatang dari Jawa , Ujungpandang, atau lainnya.

Selain itu mereka beternak ayam atau kambing jika mereka muslim. Sebagian besar penduduk di sini beragama Kdtolik. Ada pula yang beragama Islam, umumnya keturunan Bima, di Desa Reo dan Mataair.

Selama ini mereka hidup rukun, meskipun jarang terjadi perkawinan antara dua orang yang berbeda agama

Hasil pertanian terbesar adalah padi dan jagung. Kopi, vanili, dan tembakau juga banyak dihasilkan di daerah ini.