Find Us On Social Media :

Hari Diabetes Sedunia: Perkecil Lambung Diklaim Bisa Atasi Diabetes, Bagaimana Caranya?

By Mentari DP, Rabu, 14 November 2018 | 16:30 WIB

Bukan operasi sedot lemak

Sayangnya, banyak orang salah kira, operasi bariatrik sama dengan operasi sedot lemak.

Dari tindakan medisnya saja jauh berbeda, pun tujuannya. Bariatrik tidak ditujukan pada pasien obesitas demi tujuan penampilan semata.

Tujuan utamanya adalah tubuh sehat dengan berat badan yang normal. Seperti diketahui berbagai gangguan kesehatan timbul ketika seseorang mengalami obesitas.

Nah, setelah bariatrik, penyakit-penyakit risiko ini diharapkan berkurang bahkan hilang sama sekali, seiring penurunan berat badan yang signifikan.

Itu sebabnya penurunan berat badan dengan bariatrik juga menawarkan manfaat yang langsung bisa dirasakan.

Apakah semua penderita obesitas bisa melakukannya?

Walau operasi ini begitu menjanjikan penurunan berat badan, tidak semua jenis obesitas bisa ditangani.

Menurut Handy, kalau kelebihan berat badannya cuma sedikit, tidak perlu operasi.

“Hanya untuk yang IMT-nya sudah melebihi 37,5 atau kategori obesitas ekstrem,” ungkap Handy.

Ada pengecualian khusus untuk orang dengan berbagai komplikasi obesitas.

Contoh mereka boleh menjalani operasi bariatrik pada angka IMT 32,5. Namun sekali lagi, sudah terdapat komplikasi obesitas.

Operasi hanya boleh dilakukan pada orang dewasa berusia 18-65 tahun yang tidak bermasalah jantung dan paru-paru.

Bariatrik juga dilakukan ketika lambung kosong dan sehat. Bila terdapat gangguan seperti luka atau infeksi, sebaiknya disembuhkan terlebih dahulu.

Sehingga bisa dikatakan bahwa operasi bariatrik dianggap sebagai langkah terakhir apabila semua jenis penanganan obesitas tidak berhasil.

Sebab, efek samping dari operasi ini adalah kemampuan lambung yang hanya mampu menampung sedikit asupan seumur hidupnya, sehingga nutrisi yang dibutuhkan tubuh tidak terpenuhi dengan maksimal.

Itulah sebabnya pasca-operasi, pasien harus rutin mengonsumsi suplemen yang tidak bisa dipenuhi melalui makanan. (Tika Anggreni Purba)

Baca Juga : Jusuf Kalla: Layanan BPJS Kesehatan Memang Harus Dibatasi Jika Indonesia Tak Ingin Bernasib Seperti Yunani