Find Us On Social Media :

Hewan-hewan pun Ikut Menangis saat Upacara Melepas Arwah Leluhur Berpisah dengan Dunia

By Moh Habib Asyhad, Senin, 11 September 2017 | 18:00 WIB

Kami berjalan kaki sejauh 16 km dari Desa Nanghale, desa di pinggir jalan yang menghubungkan Maumere dan Larantuka.

Tampak hamparan kebun-kebun  penduduk, dan aliran Wair Hek (wair adalah bahasa lokal untuk sungai). Selanjutnya, ini yang berat, mendaki jalan setapak dengan kemiringan lebih dari 70 derajat.

Yang lebih menyiksa, jalan setapak itu benar-benar selebar telapak kaki. Untungnya, di kanan ada tebing dengan sedikit rumput dan perdu yang bisa untuk pegangan, tetapi di sebelah kiri menganga jurang terjal yang di bawahnya mengalir sungai berbatu.

Kondisi berat itu menguras tenaga. Di awal keberangkatan saya masih bisa memanggul sendiri beban, berupa seperangkat baju dan dua kamera. Namun, menjelang separo perjalanan, saya benar-benar kewalahan.

Pemandangan cantik di sepanjang perjalanan tak mengusik saya untuk mengabadikannya. Grogi dan kelelahan membuat seluruh sendi rasanya mau copot.

Sekitar 6,5 jam kemudian kami pun tiba di Tanah Hikong. Sebenarnya pesta masih dua hari lagi, tetapi rumah pesta sudah sesak tamu.

Mereka menempati pondok-pondok tamu sederhana yang sengaja dibangun untuk penginapan. Para tamu biasanya sanak saudara Suku Goban yang tinggal berpencar di beberapa tempat yang juga berjauhan.

Sebagai kerabat dekat, mereka membawa wai raa sebagai bentuk dukungan. Wai raa berupa babi, kambing, beras, serta moke.

Para tamu disambut dengan moke. Biasanya moke dalam seremonial adat adalah hasil sulingan pertama hingga yang ketiga. Tak heran bila kadar alkoholnya tinggi dengan rasa semriwing yang cepat bereaksi.

Wadah minumnya pun unik, batok kelapa yang diukir halus. Semua tamu bergiliran menghirup dari wadah yang sama sampai tuntas beberapa botol yang disediakan sang tuan rumah.

Cara menyuguhkannya pun sangat santun. Bak bartender profesional, tuan rumah menggilir dan mengisi wadah sampai para tamu minta berhenti.

Adegan saling pukul