Find Us On Social Media :

Kecanduan Bekerja, Salah Satu Sisi Gelap Dalam Diri Kita Yang Perlu Dibenahi

By Moh Habib Asyhad, Senin, 4 September 2017 | 14:40 WIB

Intisari-online.com - Kebutuhan ekonomi merupakan salah satu alasan yang sah bagi seseorang untuk bekerja, bekerja, dan bekerja lebih keras.

Namun ternyata, pada sebagian orang, bekerja tidak hanya dijadikan sebagai pemenuhan kebutuhan. Namun menjadi sebuah candu, layaknya orang candu rokok, alkohol, dan obat.

(Baca juga: Langsung Buka Media Sosial saat Bangun Tidur, 1 dari 10 Tanda Anda Kecanduan Media Sosial)

Kecanduan bekerja alias workaholism diartikan sebagai keinginan dan kebutuhan tak terkendali dari seseorang untuk terus bekerja. Pengidap candu ini disebut workaholic.

Dalam dunia modern, workaholic cenderung diterima keberadaannya sebagai sebuah kondisi yang umum dan populer. Tidak bakal ada yang mengira workaholic sebagai sebuah gangguan mental.

Bahkan lebih banyak orang yang menilai candu bekerja sebagai sebuah ciri-ciri pekerja yang tangguh. Workaholism dinilai sebagai hal yang positif.

Padahal sebenarnya, kecanduan bekerja bisa menjadi masalah yang serius dalam berbagai aspek kehidupan. Khususnya berdampak langsung dalam hubungan dengan orang lain. Sama halnya dengan jenis-jenis kecanduan lainnya yang juga merusak hubungan.

Ada problem yang sering diabaikan oleh pecandu kerja ini. Karena tidak menyadari bahwa candu bekerja biasanya didasari oleh sisi kompulsif ketimbang kesadaran sehat bahwa bekerja adalah sebuah kebutuhan.

Akibatnya workaholic biasanya tidak dapat mengendalikan hasratnya untuk bekerja, sangat concern dengan pekerjaan, bahkan rela menghabiskan waktu dan tenaga untuk pekerjaan dibandingkan waktu dan tenaga untuk aspek hidup yang lain.

Apa tanda seseorang kecanduan bekerja? Berikut ciri-cirinya dilansir dari Verywell.com:

- Selalu meningkatkan urusan pekerjaan tanpa meningkatkan produktivitas.

- Selalu berpikir bagaimana caranya mendapatkan waktu lebih untuk bekerja.

- Menghabiskan waktu lebih banyak untuk bekerja, lebih dari waktu yang sudah ditentukan.

- Menjadikan pencapaian pekerjaan sebagai nilai diri/harga diri.

- Bekerja untuk mengurangi perasaan bersalah, depresi, kecemasan, dan keputusaasaan.

- Menolak ajakan orang lain yang mengganggu pekerjaan.

(Baca juga: Elisabeth Davis, Nenek Gila Kerja yang Menolak Pensiun Meski Sudah 99 Tahun)

- Terjadi masalah dalam hubungan dengan orang lain karena alasan pekerjaan.

- Terjadi masalah kesehatan karena tekanan kerja yang tinggi atau bekerja berlebihan.

- Menjadikan pekerjaan sebagai alat untuk mengatasi atau melarikan diri dari perasaan-perasaan buruk.

- Menantang diri untuk semakin toleransi terhadap beban pekerjaan.

- Stres ketika tidak bekerja.

- Kecanduan makin menjadi ketika berusaha berhenti untuk bekerja.

Jika kita termasuk orang yang kecanduan bekerja, cobalah untuk berhenti bekerja dan lihat bagaimana perasaan kita setelah itu.

Jika kita tidak mampu berhenti memikirkan pekerjaan atau merasa tidak nyaman tanpa memikirkan pekerjaan, kemungkinan besar kondisi kecanduan itu sudah menjadi masalah mental yang serius.