Find Us On Social Media :

Kejang Demam Pada Anak: Ketahui Penyebab, Akibat dan Cara Mencegahnya

By K. Tatik Wardayati, Minggu, 11 November 2018 | 16:30 WIB

Ini akan mengganggu keseimbangan sel otak yang dapat menyebabkan terjadinya lepas muatan listrik yang akan menyebar ke seluruh jaringan otak. Akibat terjadinya "kortsluiting" inilah anak menjadi kejang-kejang.

Serangan kejang biasanya timbul pada 16 jam pertama setelah kenaikan suhu tubuh dan biasanya pula kejang berlangsung kurang dari 10 menit. Kejang terjadi pada seluruh bagian tubuh dan pada umumnya akan berhenti dengan sendirinya setelah mendapat pertolongan pertama.

Baca Juga : Duh, Cara Menangani Demam yang Selama Ini Kita Lakukan Ternyata Bisa Berakibat Fatal

Setelah kejang berhenti anak dengan cepat menjadi normal kembali, walaupun kadang-kadang untuk sesaat anak tidak memberikan reaksi apa pun dan tampak mengantuk. Setelah beberapa menit anak terbangun dan sadar kembali.

Yang berbahaya dan yang tidak

"Dokter, apakah kelak anak saya akan menderita epilepsi?" demikian ibu muda tadi bertanya kepada dokter. Ternyata setelah dilakukan pemeriksaan saksama oleh dokter, anak itu kejang karena demam akibat tenggorokannya meradang.

Memang, kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) dapat mengakibatkan kerusakan otak. Bila kerusakan itu terjadi pada otak daerah temporalis (kanan-kiri pelipis), ini dapat menjadi pusat terjadinya serangan epilepsi spontan di kemudian hari.

Baca Juga : Perjuangan Ayu Aniari Menyelamatkan Suaminya yang Epilepsi Tercebur Sumur

Kejang juga bisa berakibat fatal bila berlangsung lama dan terus-menerus, sebab hal ini dapat mengganggu peredaran darah ke otak, terjadinya kekurangan oksigen, keseimbangan air dan elektrolit dengan akibat terjadinya oedema (pembengkakan) otak.  Oleh sebab itulah pertolongan dokter perlu lekas diminta.

Akan tetapi pada umumnya kejang demam yang berlangsung dalam waktu singkat sama sekali tidak menimbulkan kerusakan otak yang dapat membahayakan jiwa anak, dan juga tidak meninggalkan gejala sisa, seperti mental anak jadi terbelakang (retardasi mental), kelainan kecerdasan atau cerebral palsy (kelumpuhan otak).

Apabila kejang demam kemudian disusul dengan terjadinya kejang tanpa demam (epilepsi), kemungkinan terjadinya retardasi mental menjadi lima kali lebih besar daripada anak yang hanya mengalami kejang demam sederhana.

Berbeda dengan anak yang memang mengidap epilepsi, anak yang pernah mengalami kejang demam tidak akan terserang kejang lagi setelah berusia 4 — 6 tahun.