Find Us On Social Media :

Salut! Tanpa Canggung dan Malu, Siswa Kelas X Ini Berjualan Cilok Demi Penuhi Kebutuhan Hidup

By Ade Sulaeman, Senin, 28 Agustus 2017 | 17:30 WIB

Iim, sang pendiri SMA Gaza, mengatakan, sekolah tersebut didirikan oleh LSM Gaza yang bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan.

Meurut Iim, SMA Gaza sama sekali tidak memungut biaya sepeser pun kepada anak didiknya alias gratis. Mulai dari iuran, pakaian seragam dan alat tulis diberikan secara gratis.

"Sekolah kami murni 100 persen sosial," tandas Iim.

Lanjut Iim, SMA Gaza menerapkan konsep pendidikan bording school.

Siswa tinggal di pondok pesantren tak jauh dari sekolah.

Pagi hingga siang, siswa diberi pendidikan umum sebagaimana sekolah lain.

Lalu siang sampai sore, anak-anak dilatih keterampilan hidup (life skill) seperti menjahit, otomotif dan beternak.

"Kemudian malam harinya belajar kitab kuning," kata Iim.

Ada pun pengajarnya adalah para relawan dan rekan aktivis.

Sebagian dari aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan sebagian lagi dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Aktivis dari organisasi berbeda itu bahu-bahu mendidik anak-anak dari keluarga tidak mampu.

"Jadi kami cenderung moderat. Tidak ada fanatisme. Anak-anak dididik pengetahuan agama yang moderat," tandas Iim.

Saat ini, SMA Gaza baru memiliki 4 ruangan.

Tiga ruangan untuk belajar siswa dari kelas 1 sampai 3 yang masing-masing kelas menampung 25 orang.

Satu ruangan lagi untuk guru.

"Sebenarnya ada dua ruangan. Hanya kami sekat dengan triplek untuk memisahkan kelas," katanya.

Menurut Iim, pihaknya membatasi jumlah siswa karena minimnya fasilitas.

Oleh karena itu, dia mempersilakan jika ada dermawan yang bersedia memberi sumbangan.

"Bagi agnia (dermawan) yang bingung menyumbangkan uangnya, silakan datang ke sini. Setiap sumbangan yang diterima kami akan langsung umumkan. Kami akan transparan. Sumbangan apapun kami terima, baik uang, beras atau apa saja yang bermanfaat," kata Iim. (Farid Assifa)

Artikel ini sudah tayang di kompas.com dengan judul “Sopan, Siswa Miskin dan Piatu Berjualan Cilok Keliling demi Kebutuhan Hidup”.