Find Us On Social Media :

Carica, Pepaya Mini Asli Dieng yang Maunya Hanya Tumbuh di Lereng Bagian Atas

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 27 Agustus 2017 | 20:00 WIB

Penduduk setempat biasa makan carica di ladang saat mereka haus dan lapar. "Saya biasanya makan carica dengan bijinya sekalian," ucap Pawit. Udara yang keluar dari mulutnya langsung mengabut di depan wajahnya akibat dinginnya udara di puncak Dieng.

Karena ukurannya kecil, satu buah carica tidak sanggup bikin perut kenyang. Itu sebabnya Pawit biasanya makan beberapa.

Namun, jika terlalu banyak menelan biji, kata Pawit, ia biasanya mengalami kesulitan saat buang hajat.

Karena itu, ia biasanya juga makan daging buah bagian luar yang tidak terasa manis dan banyak mengandung serat itu. Yang dibuang hanya kulit bagian terluarnya.

Dengan cara itu, ia menghindari sembelit akibat terlalu banyak makan biji carica.

Aromanya hilang di manisan

Dalam riwayat hidup carica,saat  berumur dua tahun, ia mulai berbuah. Sejak itu ia bisa terus produktif menghasilkan buah. Umurnya panjang, sama panjang dengan umur manusia.

Kata Pawit, carica yang ia punyai saat ini sudah ada sejak ia masih kecil. Bapak yang menanam, anak yang memanen. "Carica itu tidak bisa mati," kata Mat Halim, lagi-lagi sambil tertawa.

Tentu saja ia tidak bermaksud bilang kalau hidup carica itu abadi, melainkan berumur panjang sampai ia tidak tahu kapan carica mati.

Sedikit berbeda dengan pepaya, batang pohon carica bisa bercabang banyak. Satu pohon bisa belasan cabang.

Makin banyak cabangnya, makin banyak buahnya sebab buah berdompol di cabang-cabang bagian ujung.

Jika cabangnya dipotong, tunas baru akan segera muncul di bagian yang terpotong itu. Diameter lingkar batangnya bisa dua kali lebih besar daripada batang pepaya.  Tinggi  pohon bisa menjulang sampai 7 m.