Find Us On Social Media :

Tak Diragukan Lagi, Jatuhnya Bom Atom di Jepang Turut Menentukan Kemerdekaan RI

By Moh Habib Asyhad, Senin, 14 Agustus 2017 | 17:30 WIB

Sekitar lima bulan sebelum Jepang menyerah kepada Sekutu,  pada 1 Maret 1945 Jenderal Kumakichi Harada—yang menggantikan Imamura—sebagai Panglima Tentara Darat Ke-16 yang wilayahnya mencakup Indonesia, mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritzu Zumbi Chosakai yang diketuai oleh dr Radjiman Widyodiningrat.

Badan ini antara lain memperdebatkan dasar dari negara yang akan dibentuk dan di sinilah Pancasila dilahirkan oleh Soekarno pada 1 Juni 1945.

Pada 6 Agustus Hiroshima dihantam bom atom oleh AS dan berakibat pada goyahnya kekuasaan Jepang di Asia Timur Raya dan sekaligus pada BPUPKI.

Pada 8 Agustus atau satu minggu sebelum Jepang menyerah kalah tanpa syarat, dr Radjiman, Soekarno dan Moh Hatta oleh Jepang diterbangkan ke Saigon untuk bertemu dengan Marsekal Hisaichi Terauchi, pimpinan tentara Jepang di Asia Tenggara.

Dalam pembicaraan, Terauchi menjanjikan kemerdekaan Indonesia akan diberikan pada tanggal 14 Agustus.

Untuk persiapannya sebuah badan baru telah dibentuk di Jakarta, yakni Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritzu Zunbi Inkai yang dipimpin Soekarno-Hatta.

(Baca juga: Blusukan Ala Bung Karno, Mulai dari Sawah Hingga Kawasan Pelacuran)

Mereka kembali  dari  Saigon pada 14 Agustus atau 5 hari setelah Nagasaki dibom atom Sekutu dan membuat Jepang makin tak berdaya.

Sehari kemudian, setelah Soekarno-Hatta tiba di Jakarta, Jepang ternyata menyatakan menyerah kepada Sekutu dan terjadi kevakuman kekuasaan di Indonesia.

Perubahan cepat terjadi di Indonesia dan kemerdekaan pun tidak jadi diberikan oleh Jepang.

Tetapi diproklamasikan sendiri oleh bangsa Indonesia sendiri pada 17 Agustus 1945.