Find Us On Social Media :

Pemberontakkan PRRI, Peperangan Berdarah yang Berakhir dengan Pengampunan Demi Utuhnya NKRI

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 13 Agustus 2017 | 17:30 WIB

Dari sisi kemampuan tempurnya yang terlatih, jumlah total pasukan PRRI sekitar 10.000 orang.

(Baca juga: Kampung Prawirotaman, Balada Hotel Kampung)

Kolonel Simbolon bahkan merasa yakin bisa mengalahkan pasukan APRI berkat jaminan militer AS yang serius mendukungnya.

Selain memiliki pasukan yang terlatih pasukan PRRI juga mempunyai senjata-senjata modern yang kemudian diketahui  sebagai bantuan dari AS (CIA).

Persenjataan yang terdeteksi oleh intelijen APRI  pada 28 Februari 1958 dan dikirim melalui penerbangan gelap ke Sumatera itu antara lain 15 senjata mesin ringan, 125 pucuk senjata laras panjang, dan dua senapan mesin berat lengkap dengan pelurunya.

Senjata berat berupa meriam antiserangan juga diselundupkan AS ke wilayah PRRI termasuk ribuan seragam tempur dan senapan serbu M1-Garand yang digunakan untuk mempersenjatai para sukarelawan.

Militer AS bahkan memberikan skenario tempur kepada pasukan Kolonel Simbolon yang kemudian dipakai sebagai alasan intervensi militer AS ke Sumatera.

Caranya, ketika pasukan Kolonel Simbolon terpukul mundur oleh pasukan APRI, mereka diperintahkan meledakkan kilang-kilang minyak (Caltex) yang tersebar di Sumatera Utara sehingga para pekerja Caltex, khususnya warga AS menjadi terancam keselamatannya.

Dengan alasan warganya sedang terncam, pasukan AS pun akan leluasa menurunkan para marinirnya yang saat itu sudah bersiaga di kawasan Singapura.

Dengan memperhitungkan bahwa militer AS akan campur tangan dan  kekuatan militer yang dimiliki PRRI sebelumnya merupakan pasukan reguler serta  memiliki persenjataan yang digelar dalam kawasan luas, pasukan APRI kemudian menurunkan kekuatan secara maksimal.

Pasukan  APRI di bawah komando KSAD Kolonel AH Nasution pun segera mengelar operasi gabungan.

Pengiriman pasukan tempur APRI menuju wilayah Sumatera tengah  menggunakan kapal-lapal  perang dan pesawat-pesawar transport AURI.

Untuk membereskan PRRI, kekuatan AURI bahkan dikerahkan secara all out dan tanpa menyisakan kekuatan cadangan.

Pesawat-pesawat yang dikerahkan AURI antara lain, P-51 Mustang dari Skadron Udara 3, B-25 Mitchell Skadron Udara 1, AT-16 Harvard dan C-47 Dakota dari Skadron Udara 2  dan dikumpulkan di Pangkalan Udara Kemayoran atas perintah KSAU saat itu, Laksamana Udara Suryadarma.

(Baca juga: Putri Jenderal Ahmad Yani: Negara Tidak Perlu Minta Maaf kepada PKI)

Semua pesawat kemudian diterbangkan menuju pangkalan aju yang masih dikuasi RI, Tanjung Pinang, Riau dan siap melaksanakan serbuan militer secara besar-besaran.

Aksi pemberontakan PRRI akhirnya bisa ditumpas oleh pasukan APRI kendati dari kedua belah pihak harus jatuh korban.

Korban yang seharusnya tidak perlu terjadi karena masalah kebangsaaan seharusnya bisa diselesaikan secara musyawarah.

Namun Presiden Soekarno kemudian memberi pengampunan (amesti dan abolisi) terhadap para tokoh PRRI khususnya Syafruddin Prawiranegara mengingat jasa-jasanya terhadap berdirinya NKRI.