Find Us On Social Media :

Cerutu Kuba dari Taru Martani, Oleh-oleh Spesial untuk Penggemar Cerutu dari Yogyakarta

By Ade Sulaeman, Sabtu, 12 Agustus 2017 | 13:30 WIB

la tidak dinikmati nikotinnya tapi cita rasa tembakaunya. Karena hanya dinikmati di mulut, penikmat cerutu tidak harus seorang perokok.

Cerutu lebih dekat ke gaya hidup. Jika diibaratkan dengan produk minuman, cerutu seperti anggur, wine.

Minuman ini dinikmati dengan cara disesap sedikit demi sedikit. Cita rasa cerutu juga dipengaruhi oleh proses fermentasi yang bisa sampai bertahun-tahun.

Menikmati cerutu bukan dengan cara smoking, tapi enjoying. Karena itu, kalau ada penikmat cerutu yang mengisap asapnya dalam-dalam, atau sampai asapnya keluar lewat hidung, hampir bisa dipastikan ia penyerutu pemula.

(Baca juga: Sedang Bingung Mencari Oleh-oleh dari Yogyakarta? Jangan Lupakan Bakpia Kurniasari yang Kulitnya Krispi)

Seorang cigar aficionado punya cara tersendiri dalam menikmati cerutu. Sebelum disulut, cerutu biasanya diputar-putar pada sumbunya dengan kedua tangan, lalu dicium aromanya pelan-pelan, kemudian didengarkan suara kerisik tembakaunya.

Setelah itu, ujung cerutu dipanasi pelan-pelan dengan korek api agar tembakaunya memuai sehingga memberi rongga yang cukup untuk jalannya asap.

Cerutu yang baik biasanya abunya berwarna putih. Itu menunjukkan isinya 100% tembakau, tanpa campuran apa-apa.

Berbeda dengan rokok, cerutu akan mati sendiri jika tidak diisap. Seorang aficionado biasanya punya satu set alat khusus untuk nyigar.

Salah satu isinya, gunting khusus untuk memotong cerutu. Jika ia harus berhenti menikmati cerutu saat cerutu belum habis, gunting itu digunakan untuk memotong ujungnya agar cerutu bisa disulut lagi.

Cita rasa cerutu adalah cita rasa tembakau asli. la tidak mengandung cengkih seperti rokok.

la dibuat dari campuran beberapa jenis tembakau. Asal tahu saja, rasa tembakau ada beberapa macam.  Ada yang manis, pahit, atau gurih.