Penulis
Intisari-Online.com – Kalau Anda penikmat cerutu atau ingin mencoba gaya hidup nyerutu, jangan pulang dari Yogya sebelum mampir ke pabrik rokok dan cerutu PD Taru Martani.
Taru Martani termasuk salah satu produsen cerutu domestik, selain Wismilak dan Djarum.
Di pabrik pengolah daun tembakau yang sudah berdiri sejak 1918 ini, Anda bisa mendapatkan oleh-oleh menarik.
Bagi kebanyakan orang, cerutu identik dengan Kuba. Padahal, Yogyakarta juga punya cerutu yang cita rasanya tidak kalah dengan cerutu Kuba.
Kelasnya pun internasional karena sudah dieskpor ke Amenka Serikat, Eropa, dan Timur Tengah.
(Baca juga: Jalan-jalan ke Yogyakarta, Jangan Lupa Mampir Beli Oleh-oleh Peyek yang Ditumpuk Namun Tetap Kriuk-kriuk Ini!)
Dalam sebuah forum cigar aficionado (penikmat cerutu) internasional, cerutu buatan Taru Martani pernah dibandingkan dengan cerutu kuba dengan metode blind test.
Hasilnya, cerutu Taru Martani disangka cerutu kuba sedangkan cerutu kuba disangka Taru Martani.
Ini setidaknya menunjukkan produk Yogya tidak kalah mutunya dengan buatan Kuba.
Mirip minum anggur
Sekadar untuk diketahui, cerutu (cigar) berbeda dengan rokok (cigarette). Rokok dinikmati dengan cara diisap sampai ke saluran pernapasan.
Asapnya masuk ke mulut, hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Cerutu tidak. la hanya diisap dan dinikmati di dalam rongga mulut.
(Baca juga: Sebelum Meninggalkan Yogyakarta, Mampirlah ke Warung Brongkos Bu Padmo. Pasti Bikin Jatuh Cinta!)
la tidak dinikmati nikotinnya tapi cita rasa tembakaunya. Karena hanya dinikmati di mulut, penikmat cerutu tidak harus seorang perokok.
Cerutu lebih dekat ke gaya hidup. Jika diibaratkan dengan produk minuman, cerutu seperti anggur, wine.
Minuman ini dinikmati dengan cara disesap sedikit demi sedikit. Cita rasa cerutu juga dipengaruhi oleh proses fermentasi yang bisa sampai bertahun-tahun.
Menikmati cerutu bukan dengan cara smoking, tapi enjoying. Karena itu, kalau ada penikmat cerutu yang mengisap asapnya dalam-dalam, atau sampai asapnya keluar lewat hidung, hampir bisa dipastikan ia penyerutu pemula.
(Baca juga: Sedang Bingung Mencari Oleh-oleh dari Yogyakarta? Jangan Lupakan Bakpia Kurniasari yang Kulitnya Krispi)
Seorang cigar aficionado punya cara tersendiri dalam menikmati cerutu. Sebelum disulut, cerutu biasanya diputar-putar pada sumbunya dengan kedua tangan, lalu dicium aromanya pelan-pelan, kemudian didengarkan suara kerisik tembakaunya.
Setelah itu, ujung cerutu dipanasi pelan-pelan dengan korek api agar tembakaunya memuai sehingga memberi rongga yang cukup untuk jalannya asap.
Cerutu yang baik biasanya abunya berwarna putih. Itu menunjukkan isinya 100% tembakau, tanpa campuran apa-apa.
Berbeda dengan rokok, cerutu akan mati sendiri jika tidak diisap. Seorang aficionado biasanya punya satu set alat khusus untuk nyigar.
Salah satu isinya, gunting khusus untuk memotong cerutu. Jika ia harus berhenti menikmati cerutu saat cerutu belum habis, gunting itu digunakan untuk memotong ujungnya agar cerutu bisa disulut lagi.
Cita rasa cerutu adalah cita rasa tembakau asli. la tidak mengandung cengkih seperti rokok.
la dibuat dari campuran beberapa jenis tembakau. Asal tahu saja, rasa tembakau ada beberapa macam. Ada yang manis, pahit, atau gurih.
Campuran tembakau-tembakau inilah yang menentukan kualitas dan cita rasa cerutu.
Tidak semua jenis tembakau bisa dipakai untuk cerutu. Tembakau yang bisa dipakai untuk rokok tidak selalu bisa dipakai untuk membuat cerutu.
Di Taru Martani, tembakau cerutu didatangkan dari Jember (Jawa Timur) dan Deli (Sumatera Utara).
Di Taru Martani (yang secara harfiah berarti daun yang memberi kehidupan), kita juga bisa membeli cerutu secara eceran di koperasi pabrik.
Hari dan jam bukanya mengikuti hari dan jam kerja pabrik.
Di sini tersedia beberapa belas jenis cerutu. Mulai dari ukuran terkecil sebesar rokok (cigarillos) sampai ukuran yang paling gede, sebesar jempol tangan orang dewasa (churchill).
Ada yang short filler (isinya tembakau rajangan), ada pula yang long filler (isinya lembaran daun tembakau yang dilinting berlapis-lapis). Harganya sangat terjangkau jika dibandingkan dengan cerutu impor.
Mulai dari Rp 2.500,- sampai Rp 25.000,- per batang.
Selain bisa membeli cerutu, di sini kita juga bisa melihat aktivitas produksinya di pabrik. Untuk keperluan terakhir ini, sebaiknya kita membuat janji lebih dulu dengan pihak pabrik sebelum hari kedatangan.
Di pabrik, kita bisa melihat para pekerja mengeringkan, merajang, melinting, dan memfermentasi cerutu.
Ini bisa menjadi wisata yang menarik, terutama buat penggemar tembakau. Kalau hanya perkara cerutu, tak harus ke Kuba. Cukup ke Yogya saja. [TIA/ONG]
PD Taru Martani: Jln. Kompol B. Suprapto 2A, Yogyakarta 55225. Telp (0274) 562214, 562573.
(Diambil dri Buku Wisata Jajan Yogyakarta – Intisari)