Find Us On Social Media :

Meutia Hatta: Meski Seorang Proklamator, Bung Hatta Tak Pernah Pernah Sombong

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 11 Agustus 2017 | 19:00 WIB

Pada penurunan bendera pusaka di sore harinya, kami mengulangi kembali tugas tersebut.

Seingat saya, partisipasi saya dalam acara ini berlangsung selama tiga tahun, ketika berusia 7 - 9 tahun.

Keterlibatan Megawati dan saya dalam upacara itu bersifat resmi, dan diperlukan adanya gladi resik yang cukup intensif selama beberapa hari.

Maka kalau diurut dari awal tradisi penaikan dan penurunan bendera pusaka sejak tanggal 17 Agustus 1945 hingga tahun 1988 ini, tidak salah kiranya kalau saya merasa bahwa saya adalah anggota termuda yang pernah berpartisipasi dalam upacara penaikan dan penurunan bendera pusaka Sang Merah Putih.

(Baca juga: Tak Punya Merah Putih, Nenek Maryam Kibarkan Bendera Bintang Bulan Milik GAM)

Pernah tak diundang ke istana

Ketika Bung Hatta tidak lagi menjadi Wakil Presiden RI, beliau sepenuhnya memberikan kesempatan kepada Bung Karno untuk tampil sendiri dalam arena politik dan pemerintahan.

Hal ini juga berarti bahwa beliau tidak ingin tampil dalam acara-acara bersama dengan Bung Karno, khususnya di mana peranannya hanya bersifat pasif atau hanya sebagai salah satu dari hadirin.

Oleh karena itu, sejak 17 Agustus 1957 hingga tahun 1968, beliau tidak lagi muncul di Istana Merdeka pada upacara peringatan hari kemerdekaan Indonesia.

Meskipun dalam hal-hal tertentu, sikap Bung Hatta itu memudahkan protokoler istana, namun ada pula masa di mana terdapat kekeliruan administrasi, yaitu beliau memang tidak diundang oleh pihak istana pada peringatan hari bersejarah yang melibatkan namanya.

Kekeliruan ini kemudian diperbaiki, sehingga sesudah tahun 1968 beliau kembali mendapat undangan.

Bung Hatta sedapat mungkin menyempatkan diri hadir di istana, kecuali apabila kesehatan beliau tidak mengizinkan.