Intisari-Online.com - Siapa yang tak kenal Banda? Dalam sejarah Nusantara namanya tercatat sebagai pemasok rempah-rempah, terutama pala, kayu manis, kenari, dan lada. Sebagai pemasok pala terbaik, kepulauan di Maluku ini memikat banyak kaum pedagang dari penjuru mata angin. Saat ini dominasinya sudah memudar. Akan tetapi sebagai komoditi, pala dan aneka rempah-rempah lain masih tetap menopang roda perekonomian penduduknya.
Di masa kolonial, tentara Belanda pernah menjadikan Banda sebagai basis pertahanannya. Ini ditunjukkan dengan keberadaan Benteng Belgica yang dibangun pada 1611. Bangunan benteng yang menampilkan bentuk segi lima dengan menara di tiap sisinya ini relatif masih utuh. Belgica adalah saksi perang Belanda dan Inggris ketika mereka memperebutkan monopoli perdagangan rempah-rempah.
Banda juga menjadi tempat pembuangan tokoh-tokoh pergerakan Bumiputera. Moh. Hatta dan Sutan Sjahrir adalah dua orang yang pernah dikirim dan lama tinggal di Banda Neira. Bila bertandang ke sana, sempatkanlah untuk napak tilas jejak mereka. Misalnya, kita bisa mampir ke Rumah Hatta. Di sana, masa lalu terasa hadir kembali karena kita akan menemukan berbagai koleksi peninggalan Sang Proklamator terawat dengan baik: kaca mata tua, kemeja sederhana, dan surat-surat dari sang Bunda.
Masa-masa Hatta hidup dalam pembuangan di Banda Neira tampaknya meninggalkan kenangan tersendiri bagi penduduk. Namanya diabadikan pada sebuah pulau di Kepulauan Banda: Pulau Hatta. Pulau ini memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Bagi peminat wisata selam, perairan di Pulau Hatta menawarkan area snorkelling dan diving. Perlengkapan dapat disewa di hotel atau melalui operator yang khusus menyediakan jasa penyewaan perlengkapan selam.
Tempat lain yang bisa Anda singgahi selama di Banda adalah Desa Lonthoir. Desa ini terletak di Pulau Banda Besar, sekitar 10 menit perjalanan laut dari Pelabuhan Rakyat Neira. Pesona Pantai Balakan dan Benteng Holandia menjadi alasan utama mengapa kita harus mengunjungi tempat ini.
Untuk mencapai Banda, kita dapat lewat Ambon dengan menggunakan maskapai penerbangan lokal. Alternatif lainnya bisa ditempuh lewat laut, yaitu dengan menggunakan kapal PELNI. Waktu tempuh yang diperlukan 9-14 jam untuk sampai di Kepulauan Banda. Silakan pilih salah satu moda transportasi tersebut. Tentunya sesuai dengan tujuan wisata dan kondisi finansial kita.