Find Us On Social Media :

Belajar Nasionalisme dari Alimin Pembuat Garam di Perbatasan Indonesia - Malaysia

By Agus Surono, Jumat, 4 Agustus 2017 | 07:00 WIB

Intisari-Online.com – Di tengah harga garam yang melonjak tinggi, Alimin, petani garam di wilayah perbatasan Sebatik, Kabupatn Nunukan, Kalimantan Utara, mengaku tetap menjual garamnya seharga Rp4.000 per kilogram.

Warga Desa Tanjung Karang ini mengaku enggan menaikkan harga garamnya karena tidak mau memberatkan para tetangganya yang merupakan konsumen utama garam buatannya.

"Kami tidak berani kasih naik harga, malah untuk tetangga kadang kita gratiskan. Warga sini masih mendatangkan garam dari Sulawesi atau Malaysia,” ujarnya, Rabu (2/8/2017).

Alimin mengaku selama satu tahun terakhir menggeluti pembuatan garam, penghasilannya yang didapat masih jauh dari cukup untuk menghidupi keluarganya.

Dari 5 meja yang dimilikinya, Alimin mengaku hanya mampu menghasilkan 40 kilogram garam kasar setiap 2 minggu. Itu pun kalau cukup panas.

(Baca juga: Tak Punya Pantai Tapi Negara Ini Bisa Mengekspor Garam)

Untuk membuat garam beryodium masih membutuhkan proses lagi sebelum menjadi garam dengan kemasan 500 gram per bungkus.

“Satu meja menghasilkan 8 kilogram dengan waktu 2 minggu. Satu meja isinya 60 liter, setiap hari menguap 20 liter, kita tambah terus airnya mengganti air yang menguap hingga muncul butiran garamnya,” imbuhnya.

Peralatan membuat garam berupa 5 buah meja berukuran 2x4 meter yang dilapisi plastik khusus yang didapatkan Alimin dari pelatihan oleh pemerintah pusat. Saat itu, pelatihan tersebut diikuti kelompok usaha bersama yang beranggota 5 orang dan diketuai istrinya.

Dari 5 kolompok usaha bersama di desanya yang mendapat pelatihan, sebagian dari mereka kesulitan mempraktikkan ilmu pembuatan garam karena garam yang mereka hasilkan berwarna cokelat.

Karena merasa sayang jika peralatan yang didapat kelompok usaha bersama mengkrak dan tidak terpakai, Alimin pun memanfaatannya.

“Tidak ada yang bisa membuat garam karena harus mengangkut air dari tengah laut. (Sedangkan) kelompok usaha bersama ini (anggotanya) perempuan semua,” ucap Alimin.

(Baca juga: Soal Kasus Korupsi Impor Garam, Menteri Susi Duga Ada Jebakan yang Dibuat Mantan Importir Garam)

Alimin mengaku akan tetap menggeluti usaha pembuatan garam meski hasilnya tidak mencukupi. Dia berharap, dari usaha pembuatan garam yang dikelolanya bisa memenuhi kebutuhan garam di desanya yang kebanyakan nelayan.

Kenaikan garam saat ini dipastikan akan memberatkan nelayan seperti warga Desa Tanjung Karang yang memanfaatkan garam untuk membuat ikan asin.

Alimin berharap ada bantuan meja pembuatan garam agar bisa memprodiksi lebih banyak lagi.

Dengan garam buatannya, dia berharap warga desanya dan bahkan Kabupaten Nunukan bisa mencukupi kebutuhan garam dari desanya.

"Kalau ada bantuan peralatan saya mau menambah meja biar hasilnya banyak. Biar masyarakat sini tidak perlu lagi beli garam dari Sulawesi atau dari Malaysia,” pungkas Alimin. (Kontributor Nunukan, Sukoco)

Artikel ini sudah tayang di Kompas.com dengan judul: Alimin Tak Naikkan Harga Garam agar Tetangga Tidak Beli dari Malaysia