Intisari-Online.com - Meski kadar garam dalam roti sudah turun sekitar sepertiganya selama satu dekade belakangan, namun menurut Campaign for Action on Salt and Health (Cash) masih terlalu tinggi. Memakan terlalu banyak garam berhubungan dengan tekanan darah tinggi, yang pada akhirnya meningkatkan risiko serangan jantung.Rekomendasi asupan garam memang bervariasi sesuai dengan umur. Dewasa sekitar 6 g garam per harinya. Sedangkan anak-anak tak lebih dari 2 g per hari. Dari survei yang dilakukan, kebanyakan roti mengandung kadar garam sekitar 1 g per 100 g. Jika anak-anak makan 100 g roti saja (sekitar dua kerat), berarti hanya tersisa 1 g untuk asupan garam dari makanan lain.Oleh karena itu, Cash menyarankan untuk melihat label nutrisi di bungkus roti seberapa banyak kandungan garamnya. Masalahnya, ada beberapa pabrikan yang tidak menyertakan label itu. Jadi kita buta sama sekali berapa banyak kandungan garam di dalamnya. Tak jarang pula angka di label tak sesuai dengan kenyataannya.
Ketua Cash, Prof. Graham MacGregor, dariWolfson Institute of Preventative Medicine, menyatakan bahwa sulit dipercaya bahwa roti masih mengandung begitu banyak garam. "Departemen Kesehatan (Inggris) harus menjamin bahwa semua roti benar-benar diberi label yang benar dan semua produsen mengurangi kandungan garam sampai ke angka target 1 g per 100 g," kata MacGregor.Seperti yang diungkapkan di bbc.co.uk, Victoria Taylor, ahli diet senior di British Heart Foundation bilang, "Kami tahu terlalu banyak orang makan garam terlalu banyak setiap hari. Beberapa pabrikan berusaha menurunkan kandungan garamnya. Namun kami berharap aksi yang lebih dalam pengurangan kandungan garam itu dan meminta pabrikan membuat label warna untuk kandungan yang berbeda agar konsumen terbantu."Bagaimana dengan roti di Indonesia?