Find Us On Social Media :

Bukan di Arena Tanding, Bukan Pula di Tempat Latihan, para Atlet Ini Banjir Keringat di Perut Pesawat

By Ade Sulaeman, Rabu, 2 Agustus 2017 | 18:00 WIB

Intisari-Online.com - Dalam setiap acara untuk menggelar berbagai lomba kejuaraan olah raga dirgantara (ordirga) seperti paralayang, gantole, paramotor, dan lainnya, semua atlet yang berada di bawah naungan FASI itu sulit melakukan kegiatannya tanpa kehadiran pesawat C-130 Hercules TNI AU.

Ratusan atlet ordirga bersama peralatannya bisa terangkut ke berbagai lokasi lomba kejuaraan di seluruh Indonesia berkat pesawat angkut berat yang setia menemani.

Para atlet itu meskipun dalam setiap event kejuaraan ordirga selalu berkompetisi, mereka tetap bersatu, kompak, bersaudara di dalam perut pesawat Hercules yang berangkat mulai dari Pangakalan Udara TNI AU Halim Perdana Kusuma, Jakarta lalu terbang hingga Bali, Manado, Padang, NusaTenggra Timur, dan lainnya.

Jika para atlet ordirga hendak bertanding ke Manado, Sullawesi Utara misalnya, pagi subuh semua atlet dan peralatannya sudah berkumpul di base ops Halim dan sekitar jam 05.00 pagi, Hercules sudah terbang menuju Manado.

Penerbangan Hercules itu benar-benar mencerminkan wadah bagi persatuan dan persaudaraan para atlet ordirga di darat dan udara.

(Baca juga: Bikin Bangga! Atlet Paralayang Indonesia Raih Juara Dunia di Kanada)

Setelah terbang dari Halim, Hercules kemudian mendarat di Lanud Adi Sucipto, Yogyakarta untuk mengambil atlet ordirga asal Yogyakarta dan Jawa Tengah.

Semua atlet ordirga saling bergembira memberi salam atas kedatangan para atlet itu selanjutnya Hercules melesat terbang lagi untuk mengambil atlet di Jawa Timur saat mendarat di Lanud Abdurrahman Saleh, Malang.

Biasanya saat tiba di Malang, para atlet ordirga keluar dari Hercules untuk makan siang di kantin Lanud sambil bersenda gurau.

Ketika penerbangan Hercules berlanjut lagi untuk mengambil atlet ordirga di Bali, senda gurau itu dilanjutkan lagi di udara dalam perut Hercules yang penuh sesak oleh atlet ordirga.

Suasana akrab dan persaudaraan begitu kental kendati untuk duduk saja harus berdesak-desakan dan masih menempuh perjalanan setengah hari menuju Lanud Sam Ratulangi, Manado.

(Baca juga: Sedang Mudik ke Malang? Yuk, Melihat Kota Batu dengan Paralayang dan Paculah Adrenalin Anda)

Tidak hanya atlet-atlet yunior saja yang setia menggunakan Hercules untuk kegiatannya ordirganya.

Tapi juga para atlet senior yang sudah sering mendapatkan nomor kejuaraan baik tingkat nasional maupun internasional sehingga mampu berangkat menggunakan pesawat komersil.

Semuanya bersatu dalam perut Hercules dalam suasana suka cita penuh persahabatan dan persaudaraan, kadang kerap berbagi makanan serta minuman tanpa menghiraukan status dirinya sebagai atlet senior maupun yunior.

Apalagi sebelum terbang, Hercules biasanya memanaskan mesin sekitar setengah jam dan ruangan kargonya tanpa AC sehingga ruangan menjadi panas dan semua penumpang banjir keringat seperti mandi sauna.

(Baca juga: Bertanding di Albania, Tim Nasional Paralayang Indonesia Justru Temui Banyak Mobil Berpelat “Magelang”?)

Berbagai minuman dalam suasana seperti itu betul-betul terasa membahagiakan.

“Terbang menuju lokasi pertandingan paralayang menggunakan Hercules itu wujud persaudaraan dan juga solidaritas. Kami bisa saja meggunakan pesawat komersil untuk kegiatan ordirga menuju lokasi. Tapi demi solidaritas kami tetap pilih Hercules,” ujar atlet paralayang tingkat dunia, Liz Andriana,

“Ordirga itu wujud cinta dan pengabdian tanah air. Kami berusaha mempersatukan NKRI melalui olah raga paralayang dengan cara bertanding di berbagai pulau sekaligus mempromosikan ordirga kepada masyarakat luas,” tambah Liz yang selalu tampak akrab dengan para atlet yunior dan senior paralayang itu sambil mengusap keringat.