Intisari-Onine.com -Sebanyak 7 atlet tim nasional paralayang Indonesia mengikuti pertandingan kejuaraan paralayang tingkat dunia, 9th FAI World Paragliding Accuracy Championship (WPAC) 2017 di Albania (5-7/5).
Bersama mereka, sang pelatih Gendon Subandono.
Baca juga:Mengapa Dua Air Laut yang Bertemu di Teluk Alaska Tidak Menyatu?
Para atlet paralayang kelas dunia yang bertanding di Albania menggunakan lokasi pegunungan di kota Vlora, tepatnya lereng Shashica.
Lokasi ini merupakan salah satu lereng yang dipergunakan untuk lepas landas karena merupakan lereng tertinggi.
Diperlukan waktu sekitar 45 menit untuk menuju puncak lereng tersebut dari lokasi landing area.
Seperti biasanya para atlet paralayang ketika bertanding baik di dalam dan luar negeri selalu menyempatkan diri untuk mengenal budaya serta kehidupan masyarakat setempat.
Di negara kecil yang terletak di Semenanjung Balkan itu banyak ditemui pemandangan yang menarik dan penduduknya juga dikenal sangat ramah kepada para turis.
Sifat ramahnya bahkan ditunjukkan kepada para turis dengan memintanya untuk mampir ke rumah dan sudah disediakan minuman kopi.
Sebagai negara di Eropa yang mayoritas penduduknya beragam Islam—meski pernah dikuasi oleh rezim komunis—di Albania masih banyak ditemui bangunan-bangunan kuno dengan arsitektur Ottoman.
Baca juga:V Nanammal, Instruktur Yoga Tertua di India Berusia 98 Tahun yang Kuasai 20 Gerakan Yoga
Namun ada pemandangan menarik di jalan-jalan kota Albania yang seperti kota-kota lain di seluruh dunia banyak dipenuhi kendaraan yang berlalu-lalang.
Yang menarik perhatian bagi tim paralayang Indonesia yang sedang berada di Albania bukan jenis mobilnya melainkan nomor polisinya alias pelat.
Banyak mobil yang menggunakan nomor polisi AA seperti nomor polisi mobil-mobil Indonesia yang berasal dari kota Magelang, Jawa Tengah.
Gendon Subandono, yang kebetulan asal Magelang, hanya bisa tertawa-tawa ketika berada di Albania tapi serasa di Magelang.