Find Us On Social Media :

Tidak Sadar, Kita Sering Membohongi Diri Sendiri dengan 6 Kebohongan Ini

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 30 Juli 2017 | 16:00 WIB

Berbohong.

Intisari-Online.com -- Kadang, secara tidak sadar kita membohongi diri kita sendiri. Tujuannya biasanya untuk meyakinkan diri bahwa apa yang kita pikirkan dan lakukan adalah benar.

Sebenarnya kita tidak kuat, tapi pura-pura kuat. Kita sedih, tapi berkata pada diri sendiri kita senang.

Kita meyakinkan diri bahwa perlakuan yang kita berikan pada orang lain pasti disukainya.

(Baca juga: Punya Teman yang Mudah untuk Diminta Berbohong? Hati-hati, Kemungkinan Besar Dia Psikopat)

Psikoanalis menyebut kondisi ini sebagai “egosyntonic”, yaitu saat kita merasa yakin dengan kebohongan pikiran dan keputusan kita sendiri. Hal ini memang memberi efek menenangkan sejenak, namun justru berbahaya kalau diteruskan.

Jangan menipu diri sendiri, berhentilah membohongi diri. Berikut jenis kebohongan pada diri sendiri yang sering terjadi tanpa kita sadari:

1. Prinsip “jika-maka”

Mitos ini yang sering membuat kita ragu dan mengambil keputusan yang salah.

Misalnya, mengganti pekerjaan, menemukan pasangan, menyelesaikan pendidikan, dll. Kita berpikir “jika” kita mengganti pekerjaan “maka” hidup akan menjadi lebih baik.

Namun kenyataan hidup ini tidak sesederhana itu. Kita harus menemukan akar masalahnya dan motivasi yang tepat untuk berbagai keputusan penting dalam hidup kita.

(Baca juga: Lima Tanda Kita Tidak Menjadi Diri Sendiri )

2. “Saya bisa mengubah orang lain”

Kita sering berpikir bahwa kita bisa mengubah pasangan, teman, bahkan orang lain dalam hidup kita.

Misalnya, pasangan kita memiliki kebiasaan buruk. Kita cenderung bertanya “apa yang harus saya lakukan agar dia berubah.”

Betul kalau perilaku kita bisa mempengaruhi dan membantu orang lain, jika ia sendiri juga berniat untuk mengubah dirinya.

Namun ketika seseorang benar-benar tidak ingin berubah, kita tidak bisa memaksakan keyakinan kita bahwa kita bisa mengubah orang itu.

3. “Saya berjanji besok akan mengerjakan semuanya lebih baik, hari ini santai saja dulu.”

Sebetulnya ini hanyalah sebuah pembenaran dan pembelaan diri. Biasanya kita lakukan ketika menunda suatu pekerjaan. Bisa jadi pula kita melakukannya saat sedang begitu jenuh.

Tanpa kita sadari pola pikir ini berulang terus menerus dan menjadi kebiasaan buruk. Akibatnya, banyak hal justru bisa dikerjakan dengan baik hari ini, tertunda esok hari.

(Baca juga: Tokoh Ini Berjanji Membangun Generator Terbesar Di Dunia Dalam 100 Hari)

4. “Tidak apa-apa, dia tidak bermaksud melakukan kesalahan itu,”

Menenangkan diri sendiri dengan cara kompromi dan memaklumi kesalahan orang lain (khususnya orang yang dikasihi) merupakan pikiran yang munafik. Lama-kelamaan hal tersebut bisa merusak jiwa.

Apalagi jika kesalahan yang dilakukan sudah berulang kali dan tidak ada perubahaan. Tujuan awalnya adalah untuk menenangkan diri, tapi kenyataannya kita sedang membohongi diri bahwa kita sudah terluka.

5. “ Masih banyak waktu, kok”

Kita cenderung mengisi waktu kurang efektif karena berpikir masih banyak waktu untuk mengerjakannya nanti.

Akhirnya kita mengurangi jam kerja bahkan mengabaikan aktivitas tertentu dengan harapan masih bisa dikerjakan nanti.

Sebenarnya jika kita menginginkan banyak waktu luang, cara mendapatkannya bukan dengan menundanya. Justru yang harus dilakukan adalah segera mengerjakannya. Setelah itu, baru nikmati waktu luang.

6. “Saya hanya butuh kemauan yang lebih”

Kemauan lebih tidak akan pernah kita dapatkan jika kita tidak disiplin pada diri sendiri. Banyak orang yang berusaha berubah namun tidak disiplin.

Kalau mau berhenti merokok, ya jangan beli rokok lagi. Kalau mau berhenti gunakan kartu kredit, ya langsung blokir. Kalau tak ingin candu media sosial, ya non-aktifkan aplikasinya.

(Baca juga: Hati-hati Menipu Bos, Jangan Sampai Nasib Cewek Ini Menimpa Anda)

Sebetulnya semudah itu, tapi kita membuatnya ribet karena tidak berani keras pada diri sendiri.

Akhirnya muncul pembelaan dan pembenaran diri. Kita berpikir bahwa perubahan gaya hidup adalah soal kemauan, padahal semuanya itu soal tindakan!