Find Us On Social Media :

Jika Saja Jepang yang Berada di Posisi Jerman, Blunder Dunkirk Tak Akan Terjadi, Watak Menyeramkan Ini Alasannya

By Moh Habib Asyhad, Senin, 17 Juli 2017 | 19:45 WIB

Pertempuran Pasukan Sekutu melawan tentara Jepang pada Perang Dunia II

Akibat penarikan mundur itu, Manila menjadi kota terbuka, open city, sehingga makin memudahkan gerak maju pasukan Jepang.   Pada tanggal 2 Januari 1942,

Manila akhirnya jatuh ke tangan Jepang dan kekuatan Jepang terus mendesak pasukan Sekutu yang makin tak berdaya.

MacArthur sebenarnya berupaya minta bantuan militer langsung ke Washington, tapi karena semua kawasan jalan masuk ke Filipina sudah diblokir Jepang, pemerintah AS tak berani mengirimkan bantuan militer yang kemungkinan besar malah akan jatuh ke tangan Jepang.

Akibat gagalnya bantuan itu, pasukan Sekutu yang bertahan di Bataan dan Corregidor hanya memiliki perbekalan untuk beberapa minggu saja.

Sedangkan untuk melawan pasukan Jepang yang jumlahnya makin besar paling tidak dibutuhkan logistik makanan dan senjata untuk jangka waktu enam bulan.

Di Bataan Mac Arthur yang lalu membangun markas darurat di Corregidor masih berharap akan datang bantuan dari Washington.

Corregidor yang berjarak hanya 2 mil dari Bataan merupakan markas pertahanan pantai yang dipertahankan oleh 11.000 pasukan marinir.

Mereka disiapkan  untuk menghadang pasukan musuh yang menyerang Manila Bay. MacArthur yang saat itu menyingkir bersama Presiden Manuel Quezon menyadari betul bahwa pasukan Sekutu tak bisa bertahan lebih lama lagi.

Tapi MacArthur terus mengobarkan semangat bertempur dan memerintahkan agar pasukan Sekutu jangan sampai menyerah kalah.

(Baca juga: Iklan Misterius Jelang Serangan Jepang ke Pearl Harbour Ini Masih Menjadi Teka-teki hingga Kini)

Pertahanan yang cukup kuat pun, War Plane Oranye 3 pun  kemudian berhasil dibangun di Bataan dan Corregidor.

Pertahanan di bangun di front barat dipimpin oleh Mayor Jenderal Jonathan M Wainright dan selatan dipimpin oleh Mayor Jenderal George M Parker.