Advertorial
Intisari-Online.com -Bukan Hiroshima, tapi Kyoto-lah yang menjadi target pertama bom atom Amerika Serikat pada Perang Dunia II. Fakta ini bisa kita korek dari beberapa dokumen yang diungkap baik oleh Jepang maupun Amerika Serikat sendiri.
Meski demikian, pada akhirnya kita pun tahu bahwa Hirhosima-lah yang akhirnya luluh lantak oleh bom atom dengan nama “Little Boy” itu.
Pada sebuah rapat yang diadakan pada 27 April 1945, setidaknya ada 17 titik yang menjadi target bom atom AS. Ketujuhbelas target itu antara lain Tokyo Bay, Kawasaki, Yokohama, Nagoya, Osaka, Kobe, Kyoto, Hiroshima, Kure, Yawata, Kokura, Shimosenka, Yamaguchi, Kumamoto, Fukuoka, Nagasaki, dan Sasebo.
Tokyo sudah pasti tak jadi dibom karena sebelumnya telah dibombardir dengan bom biasa oleh AS. Praktis Tokyo lumpuh. Namun karena AS melihat Jepang masih ‘bandel’ dan belum mau menyerah, maka diputuskan menjatuhkan bom atom.
Jenderal Leslie Richard Groves, kepala Proyek Manhattan, keras kepala agar Kyoto dibom. Pertama karena jumlah populasi cukup banyak—pernah menjadi Ibu Kota Jepang—dengan hilir mudik kereta api sambungan ke berbagai kota. Namun, ide ini ditolak mentah-menta oleh Sekretaris Perang, Henry Stimpson.
Sampai pada pertemuan kedua, para petinggi militer AS memutuskan Kyoto-lah yang menjadi target pertama, lalu Hiroshima, kemudian Yokohama, target keempat Kokura, dan target kelima Niigata.
30 Mei 1945 Stimson bertemu Groves membicarakan target pengeboman. Tapi tetap saja Stimpson menolak ide Kyoto sebagai target pengeboman. Tanggal 6 Juni 1945 Stimpson bertemu Presiden Truman mengimbau agar tidak mengebom Kyoto.
Ada dua alasa Stimpson. Pertama ia tak mau citra AS jelek di masa depan. Ia tak mau AS disangka seperti Hitler juga yang kejam. Kedua, menurut Stimson, bom nuklir yang akan dijatuhkan itu akan menghancurkan Kyoto sebagai kota budaya.
Truman akhirnya setuju dan pada 25 Juli 1945 ia memutuskan bahwa target pertama pengeboman pada 6 Agustus adalah Hiroshima. Dengan catatan, target bom hanya fasilitas militer dan kekuatan tentara Jepang dan jauhi tempat-tempat yang banyak perempuan dan dan anak-anak.
Banyak yang mempertanyakan ide Stimpson memperhatankan Kyoto. Tapi, dari beberapa penyelidikan diketahui, akhir tahun 1920-an Stimpson pernah ditempatkan sebagai Gubernur Jenderal di Filipina dan telah mengunjungi banyak kota termasuk Kyoto.
Selain itu, Stimpson dianggap memiliki kenangan manis di Kyoto, termasuk ketika berbulan madu di sana. Ia tidak ingin kenangan indah itu dihapus begitu saja dengan menjatuhkan bom yang maha-dahsyat.
Terlepas dari itu, Kyoto sebagai pusat kebudayaan Jepang di masa lampau harus berterimakasih terhadap Stimpson. Karena berkat dirinya, Kyoto aman dari ancaman “Little Boy”.(Tribunnews.com)