Find Us On Social Media :

Bapak Ini Mengaku Melihat Tulang Dadanya Digergaji Ketika Operasi, Mungkinkah?

By Ade Sulaeman, Sabtu, 1 Juli 2017 | 15:00 WIB

Melihat diri sendiri dioperasi.

Mungkin sudah mengetahui bagian yang sakit di jantung saya, dokter menunjuk, "Oh, ini." Saya hanya bisa melihat ke layar, tanpa mengerti apa yang ia maksud dengan 'ini'.

Setelah menjalani pemeriksaan kondisi kesehatan terakhir, empat hari kemudian, 19 Agustus 1993, saya berbaring di atas brankar, didorong istri menuju kamar operasi.

Selesai saya berganti pakaian, dokter anestesi menyapa, "Bapak akan saya suntik, ya." Istri saya mengatakan, "Selamat, Pa", maksudnya mau meraih dan menggenggam tangan saya, tapi jarum suntik sudah keburu dihunjam ke lengan kanan atas saya.

Baru mengucap, "Al ..." saya sudah tak merasakan apa-apa lagi. Sudah dibius total.

Entah beberapa lama berselang, tiba-tiba saya seolah terjaga, tapi merasa ada di luar tubuh. Saya melihat badan saya dikerubungi beberapa orang berpakaian biru muda, sama seperti pakaian saya.

Namun mereka memakai masker  penutup mulut.

Agak di atas kepala sebelah kanan, berdiri wanita dokter yang tadi menyuntik saya. Di sebelahnya adalah Dr. Hafiz Ruslan, yang kemarin memperkenalkan diri pada saya sebagai pimpinan operasi terhadap saya saat ini.

Dua orang di kanan saya, dua orang di kiri, sedang yang di bawah dekat kaki bertugas menyiapkan dan menyusun alat-alat yang akan digunakan dalam operasi.

Apakah mereka itu semuanya dokter, saya tak tahu.

"Melihat" operasi

Kemudian saya melihat, bagian tengah dada saya ditoreh seperti digaris, dari bawah tulang dada paling atas, terus ke bawah sampai penghabisan tulang dada. Kira-kira 15 cm. Darah merembes ke luar.

Setelah terkelupas, tulang dada saya digergaji. Kadang-kadang dipukul pakai martil kecil. Setelah tulang dada terbuka, isi dada diangkat, bongkah jantung saya hati-hati dikeluarkan. Oh, dari situ saya takut melihat lagi.