Find Us On Social Media :

Bapak Ini Mengaku Melihat Tulang Dadanya Digergaji Ketika Operasi, Mungkinkah?

By Ade Sulaeman, Sabtu, 1 Juli 2017 | 15:00 WIB

Melihat diri sendiri dioperasi.

Bersama beberapa tetangga, saya menyisir tempat ia biasa bermain. Tak ada. Pencarian tertunda oleh waktu berbuka puasa.

Selesai salat Maghrib, para tetangga berkumpul lagi. Ada yang membawa obor dan lampu senter. Kami menyisir kebun di belakang rumah. Tiba-tiba, seorang tetangga berteriak, "Itu dial"

Astaghfirullah, Vierda kami temukan telah mengambang di empang belakang rumah tetangga sebelah. Ketika menggendong jenazahnya pulang, saya hanya bisa pasrah.

Apa yang saya rundingkan dengan tamu selama sejam tadi sia-sia. Anak kesayangan saya yang akan diasuransikan sudah dipanggil Sang Khalik.

(Baca juga: Ingin Penerbangan Lebih Nyaman? Ketahuilah 7 ‘Keanehan’ yang Terjadi di Dalam Pesawat Ini!)

Setiap makhluk pasti akan menemui ajal, menurut "janji"-Nya, tak bisa ditunda atau dipercepat.

Berhaji dengan syarat

Sejak 1980-an, dalam usia 45, saya terkadang menderita sesak napas. Tidak dianggap serius, karena hanya sebentar dan tidak mengganggu kegiatan sehari-hari. Tapi, ia kambuh bila ada pemicu, misal telat makan, panas terik, dingin sekali, atau kelelahan.

Makin lama makin sering kambuh. Tahun 1991, frekuensinya makin sering. Jika dulu hanya lima menit, sekarang setiap kambuh memakan 30 menit.

Dokter yang merawat saya di RS Charitas, Palembang, dan RS Cikini, Jakarta, sama menyarankan agar saya menjalani operasi jantung.  Padahal, kami telah mendaftar pergi haji tahun 1992.

Karena sedang bertugas di Jakarta, saya minta pertimbangan keluarga. Kedua anak saya menyarankan, agar sebelum operasi berobat dulu ke "orang pintar" yang banyak buka praktik di Jakarta.

Sedang teman-teman sekantor usul, pergi haji dulu baru operasi. Istri saya dan para tetangga berpendapat sama dengan teman kantor. Siapa tahu, kalau operasi kurang sukses, niat naik haji telah kesampaian. Tentu yang diharapkan keduanya berjalan sukses.