Find Us On Social Media :

Masih Berlibur Lebaran di Bandung? Sempatkan Singgah ke Kampung Adat Cikondang

By Moh Habib Asyhad, Rabu, 28 Juni 2017 | 17:30 WIB

Kampung Adat Cikondang

Konon nama Kampung Cikondang bermula dari ditemukannya sebuah seke (Sunda: mata air) yang keluar dari sejenis pohon besar kondang yang memang banyak tumbuh di wilayah ini.

Diperkirakan Kampung Adat Cikondang sudah ada sejak sekitar tahun 1703 Matau 1126 H.

Masyarakat setempat yakin bahwa leluhur atau karuhun mereka adalah salah seorang waliyang bertugas menyebarkan agama Islam di kawasan Bandung selatan,khususnya di Kampung Cikondang.

Di tempat inilah mereka tilem tanpa ninggalkan jejak. Warga menyebut leluhurnya Uyut (eyang) Pamegetdan Uyut Istri. Mereka diyakini membawa berkah serta melindungi anak cucunya hingga kini.

(Baca juga: Yuk Mengenali Bakat Anak dengan Upacara Tedhak Siten ala Jawa)

Ada 250 kepala keluarga diwilayah seluas sekitar 300 Ha ini. AkiOmay mengibaratkan, ke Cikondang seperti berkunjung ke tanah suci Mekah.

Hanya berbeda dalam hal jarak dan tidak bergelar haji saja.Mengapa demikian? Wilayah adat Cikondang dianggap suci dari segala hadas/kotoran.

Kepercayaan ini memang sudah merupakan warisan turun-temurun.

Pola kehidupan masyarakat juga tidak kalah menariknya untuk disimak, seperti upacara Wuku Taun yang dilaksanakan tanggal 15 Muharam (awal tahun Islam).

Upacara Wuku Taun sudah berlangsung sejak abad XVI dengan tujuan utama untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan kenikmatan yang telah diterima warga melalui hasil panen pertanian yang melimpah dan kelangsungan hidup yang aman tenteram di kampung ini.

Ada lagi kesenian tradisional beluk,yang bisa menambah wawasan budaya Anda. Kesenian ini merupakan salah satu kesenian khas Kampung Cikondang.

Kesenian beluk merupakan seni ngaharirlng pupuh (bernyanyi pupuh) secara bersama-sama,yang dibawakan oleh tujuh sampai sembilan orang.