Find Us On Social Media :

1 dari 5 Kasus Luka Bakar yang Menimpa Anak-anak Disebabkan oleh Sup dan Mi Instan

By Intisari Online, Sabtu, 3 November 2018 | 16:30 WIB

Intisari-Online.com - Sup dan Mi instan alias ramen harganya memang murah, enak, dan lebih dari itu, mengenyangkan.

Tapi, makanan cepat saji ini juga disebut bertanggung jawab atas satu dari lima kasus luka bakar yang diderita oleh anak-anak.

Kesimpulan itu baru saja dipresentasikan Senin (28/10/2018) dalam jurnal American Academy of Pediatrics National Conference.

Para peneliti mengamati lebih dari 4.500 luka bakar yang terjadi pada anak-anak berusia antara 4 – 12 tahun.

Pengamatan ini dilakukan selama lebih dari satu dekade terakhir.

Baca Juga : Bukan Cuma Luka Bakar, Tanaman Raksasa Ini Juga Bisa Sebabkan Kebutaan

Bagaimanapun juga, luka bakar yang disebabkan oleh cairan atau uap itu kadang-kadang bisa memerlukan rawat inap untuk menyembuhkannya.

Para ilmuwan menemukan, 21,5 persen luka bakar yang terjadi pada anak-anak itu disebab oleh sup mi instan dan ramen yang dimasak dengan microwave.

Temuan tersebut menyebabkan beberapa ahli mempertanyakan keamanan kemasan makanan tersebut.

Tak hanya itu, mereka juga menyarankan supaya orangtua lebih ekstra hati-hati ketika mengizinkan anak-anaknya menyajikan makan cepat saji tersebut.

SISI GELAP MI INSTAN

Belum lama ini, tentang seorang mahasiswa berusia 18 tahun dilaporkan meninggal karena menderita kanker perut setelah mengonsumsi mi instan setiap malam.

Dikutip dari World of Buzz (16/10), remaja yang tidak disebutkan namanya ini mulai mengembangkan kebiasaan tidak sehatnya semenjak SMA.

Baca Juga : Coba Semprotkan Minyak Ini Pada Kaki Sebelum Tidur, Masalah Sulit Tidur Segera Sirna

Dia biasanya memasak sebungkus mi instan tiap kali belajar pada tengah malam dan memakannya.

Ia mulai menunjukkan gejala seperti perut kembung, mual, dan sakit perut.

Keluarganya pun menjadi khawatir karena kondisi kesehatannya semakin memburuk.

Pihak keluarga kemudian membawanya ke rumah sakit untuk mendapat perawatan medis.

Secara mengejutkan, ia didiagnosis menderita kanker lambung stadium akhir.

Hanya ada sedikit harapan baginya untuk bertahan hidup karena kanker telah menyebar ke organ-organ lain.

Setelah setahun berjuang melawan kanker, ia akhirnya meninggal dunia.

Baca Juga : Badan Sehat Belum Tentu Jiwa juga Sehat, Coba Dicek Dulu!

SEGALA KALANGAN SUKA MI INSTAN

Seolah menepis anggapan bahwa mi instan hanya dinikmati kaum-kaum menengah ke bawah saja.

Kemudahan menyiapkan mi instan jadi kelebihan tersendiri.

Untuk bepergian, sepertinya orang Indonesia telah menempatkan makanan cepat saji ini jadi prioritas.

Bahkan di rumah pun banyak orang yang menyimpan stok bertumpuk di lemari dapur mereka.

Wajar, mi instan ini sering dijadikan pilihan untuk mengganjal perut lapar baik untuk sarapan, makan siang, makan malam, cemilan, teman nonton bola sampai teman ngeronda pun bisa.

Ditambah lagi, cara menikmatinya bisa sesuai selera.

Kurang dimanjakan apalagi kita dengan ini?

Baca Juga : Manfaat Kulit Apel untuk Kesehatan, Dapat Turunkan Berat Badan Lho!

ORANG INDONESIA DOYAN MI INSTAN

Indonesia merupakan konsumen tertinggi kedua di dunia Mengacu kepada laporan World Instant Noodles Asosiation (WINA).

Ternyata konsumsi mi instan di Indonesia pada tahun 2017 saja telah mencapai jumlah mengejutkan yakni 12,62 miliar.

Hal ini berhasil menempatkan Indonesia sebagai konsumen mi instan terbesar kedua di dunia yang melampaui Jepang 5,66 miliar porsi, India 5,42 miliar porsi dan Vietnam 2,06 miliar porsi.

Posisi teratas masih ditempati China dengan jumlah konsumsi sebanyak 38,970 miliar porsi.

Sepertinya masyarakat Asia memang tak bisa lepas dengan mi instan.

Baca Juga : Tokoh Sumpah Pemuda: Yamin Mampu Cetuskan Sumpah Pemuda Berkat Istri yang Suka 'Meronda'

SISI GELAP MI INSTAN

Apa yang membuat mi instan begitu buruk?

Karena mie instan ini dibuat agar tahan lebih lama, tentu saja ada proses yang panjang.

Mi instan rendah kandungan nutrisi, tinggi lemak, kalori dan sodium dan dicampur dengan pewarna buatan, pengawet, zat aditif dan perasa.

"Dalam kebanyakan kasus monosodium glutamat (MSG) serta hidrokuinon tersier-butil (TBHQ) - pengawet kimia yang berasal dari industri minyak bumi - mungkin ada dalam mi instan untuk meningkatkan rasa dan menjaga ketahanan."

"Meskipun asupan makanan dari unsur-unsur ini diperbolehkan dalam batas, asupan teratur dari mi instan dapat menyebabkan masalah kesehatan yang parah," kata Dr Sunil Sharma, dokter umum dan kepala darurat, Madan Mohan Malviya Hopsital, New Delhi.

Tahun lalu, The Washington Post telah melaporkan penelitian dari Korea Selatan yang dilakukan untuk menguji efek mi instan pada kesehatan manusia.

Baca Juga : Mandi Pagi atau Malam, Manakah yang Paling Baik Bagi Kesehatan?

Menurut penelitian, "Meskipun mi instan adalah makanan yang nyaman dan lezat, mungkin ada peningkatan risiko untuk sindrom metabolik mengingat sodium tinggi, lemak jenuh yang tidak sehat dan beban glikemik," kata Hyun Shin, kandidat doktor di Harvard School of Public Health.

Pada tahun 2013, sekelompok dokter Amerika melakukan eksperimen untuk melihat bagaimana proses pencernaan kita berfungsi saat kita mengomsumsi mi instan.

Dengan bantuan kamera mikro, kamera seukuran pil, para dokter dapat melihat proses mi Instan yang dicerna di layar komputer mereka

Menariknya, terlihat bahwa lambung perlu mencerna beberapa jam untuk benar-benar menghancurkan jenis mi instan.

Para ahli menjelaskan bahwa sifat alami dari mi ini biasanya membuat mereka sulit dicerna.

Dan sebenarnya tidak hanya dalam kasus mi instan, tetapi untuk semua jenis makanan olahan juga beresiko. 

Baca Juga : 7 Manfaat Buah Belimbing untuk Kesehatan, Bisa Cegah Kanker Usus hingga Sembuhkan Eksim Lho...