Find Us On Social Media :

Untuk Para Orangtua, Perhatikan Ini Jika Membawa Anak Berkendara Dalam Mobil

By Agus Surono, Senin, 12 Juni 2017 | 18:15 WIB

Kabin mobil lebih berbahaya bagi anak-anak.

Intisari-Online.com – Penelitian terbaru menunjukkan bahwa polusi udara tak hanya merusak paru-paru, tapi juga membahayakan kemampuan anak-anak untuk belajar di sekolah dan dapat merusak DNA mereka.

Dan yang perlu dicemaskan, polusi udara di dalam kabin mobil ternyata lebih berbahaya daripada paparan polusi udara di ruang terbuka.

Ini perlu menjadi perhatian di tengah membaiknya pasar mobil.

(Baca juga: Bagaimana Bisa Berkendara dengan Aman Bila Posisi Duduk Kita saat Mengemudi Salah?)

Setelah dua tahun berturut-turut menurun, penjualan mobil Indonesia naik pada 2016.

Sepanjang tahun itu, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat penjualan mobil sebanyak 1,06 juta, naik 4,5 persen dibandingkan 2015 lalu.

"Anak-anak yang duduk di kursi belakang memiliki risiko yang lebih tinggi terkena tingkat polusi udara yang berbahaya," kata Prof. Sir David King, penasihat Yayasan Paru-paru Inggris.

Atas dasar itu, King mengatakan bahwa undang-undang yang melarang merokok di mobil ketika ada anak-anak mendapat dukungan yang luas.

Jadi, yang terbaik adalah tinggalkan mobil dan mulailah berjalan kaki atau bersepeda, saran King.

Berbagai penelitian, bahkan sejak 2001, telah menunjukkan bahwa mereka yang sering mengemudi terkena tingkat polusi udara jauh lebih tinggi daripada mereka yang berjalan atau bersepeda di sepanjang rute perkotaan yang sama.

Prof. Stephen Holgate, seorang ahli asma di Universitas Southampton dan ketua Royal College of Physicians yang berkecimpung dalam polusi udara, mengatakan bahwa ada cukup bukti untuk mengatakan kepada orangtua bahwa anak-anak yang berjalan kaki atau bersepeda ke sekolah lebih rendah terpapar polusi udara dibandingkan dengan sebayanya yang naik mobil.

“Polusi di dalam mobil bisa sembilan sampai 12 kali lebih tinggi di bandingkan di luar," kata Holgate.

Lebih dari itu, anak-anak lebih rentan daripada orang dewasa.

Holaget menambahkan bahwa polusi udara dapat menghambat pertumbuhan paru-paru anak-anak dan meningkatkan risiko sensitisasi yang dapat menyebabkan asma dan kondisi pernafasan lainnya.

Holgate mengatakan, jika memungkinkan, anak-anak lebih baik berjalan kaki atau bersepeda. Selain menghindarkan mereka dari polusi di kabin mobil, juga untuk meningkatkan latihan fisik.

"Ada banyak keuntungan yang bisa didapat. Tapi orangtua malah menganggap polusi di dalam kabin mobil lebih sedikit dibandingkan dengan di luar kabin."

(Baca juga: Untuk Para Orangtua Harap Diperhatikan, Inilah Perbandingan Pengaruh Televisi dan Buku terhadap Otak)

Ben Barratt, dari King's College London, mengukur paparan polusi pada orang-orang yang bepergian dengan mobil, bus, sepeda, dan berjalan di London pada tahun 2014.

Hasilnya, pengemudi mobil tercatat sebagai orang yang terpapar polusi paling tinggi.

"Asap dari kendaraan di depan dan belakang masuk ke mobil dan terjebak di dalamnya. Jadi, tidaklah benar kalau kita bisa menghindari polusi dengan duduk di dalam kendaraan."

Penelitian terbaru telah menambah kekhawatiran tentang dampak polusi udara pada anak-anak, di luar bahaya langsung ke paru-paru mereka.

Sebuah penelitian di Barcelona menunjukkan bahwa polusi udara mengurangi kemampuan anak untuk berkonsentrasi dan memperlambat reaksi mereka.

"Ini menambah bukti bahwa polusi udara berpotensi menimbulkan efek berbahaya pada perkembangan saraf," tulis para ilmuwan tersebut.

Sebuah penelitian dalam skala lebih kecil di California memperlihatkan keterkaitan antara tingkat polusi udara dengan peningkatan kerusakan DNA pada anak-anak.

"Anak-anak mungkin sangat rentan terhadap dampak kerusakan DNA telomer karena perkembangan fisik mereka dan juga sistem kekebalan tubuh yang masih berkembang,” kata para ilmuwan.

Tingkat nitrogen dioksida (NO2), yang sebagian besar dihasilkan oleh kendaraan diesel, berada di atas batas yang ditetapkan di hampir 90% wilayah perkotaan di Inggris sejak 2010.

Asap beracun diperkirakan menyebabkan 23.500 kematian dini dalam setahun dan permasalahan ini bisa disebut sebagai “darurat kesehatan masyarakat” oleh komite lintas partai anggota parlemen.

(Baca juga: Laki-laki Ini Berkendara hingga 1.400 Km Demi Membelikan Istrinya Ayam Goreng)

"Pencemaran udara belum dianggap serius," kata Holgate.

"Ada situasi yang sangat aneh sehingga pemerintah harus membuat undang-undang dan dituntut ke pengadilan berulang kali. Menurut saya, sangat mengerikan bahwa kita belum mulai menangani hal ini dengan benar dan mendahulukan kesehatan anak-anak dan remaja.”