Find Us On Social Media :

Kiat Endang Widati Bertahan dari Kanker Serviks Selama 20 Tahun

By Agus Surono, Senin, 12 Juni 2017 | 17:00 WIB

Kenali Empat Tanda Kanker Serviks Berikut Ini!

Intisari-Online.com - Julia Perez alias Jupe meninggal pada Sabtu (10/6). Belum diketahui secara pasti apa penyabab kematian penyanyi dangdut ini, tapi kita tahu, selama ini Jupe dirawat di rumah sakit lantaran menderita kanker serviks.

Lalu apa yang mesti kita lakukan agar tidak terkena kanker serviks seperti yang dialami almarhumah?

(Baca juga: Julia Perez Meninggal Dunia: Yuk Berkenalan Lebih Dekat dengan HPV, Salah Satu Biang Kerok Kanker Serviks)

Kanker serviks atau mulut rahim adalah jenis kanker yang disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18.

Di Indonesia, diperkirakan lebih dari satu wanita meninggal dunia karena kanker serviks setiap jamnya. Wanita yang sudah menikah berisiko tinggi terkena kanker serviks.

Jika HPV telah menular saat berhubungan seksual, dalam waktu beberapa atau puluhan tahun, HPV akan merusak serviks dan menimbulkan kanker.

Banyak orang tidak dapat membayangkan, apa yang terjadi di dalam tubuh penderita kanker serviks dan bagaimana sakitnya.

Pengetahuan mengenai penyakit ganas khas wanita ini, dapat membantu kita, untuk menentukan sikap demi mencegahnya.

Namun, jika sudah terkena, bukan berarti akhir dari segalanya.

Angka presentase hidup seorang survivor kanker tak selalu rendah, asalkan rajin melakukan medical check up setelah menjalani rangkaian pengobatan kanker.

Itulah kiat yang membuat Endang Widadi, seorang survivor kanker sekrviks, mampu bertahan selama 20 tahun setelah rahimnya diambil.

Wanita berusia 55 tahun tersebut mengaku bahwa ia mulai mencurigai keanehan pada pada siklus reproduksinya saat ia mengalami flek selama tiga minggu.

Setelah diperiksa oleh dokter dan diberi obat selama tiga hari, Endang disarankan oleh dokter untuk melakukan tes pap smear. Pada saat itulah diagnosis kanker serviks diketahui.

Mengetahui hal itu, ibu beranak dua itu pun segera mengambil pilihan pengangkatan rahim meskipun masih stadium dini.

"Waktu itu saya berusia 35 tahun saat akan angkat rahim, pertimbangannya karena sudah punya anak juga," tuturnya dalam temu media di Siloam Hospitals Simatupang, Jakarta Selatan, medio Februari silam.

(Baca juga: Jupe Meninggal Dunia: Ini Ciri Ciri Pria Penyebar Virus HPV, Penyebab Kanker Serviks)

Namun, ia perlu menunggu dua bulan untuk bisa menjalani operasi pengangkatan rahim tersebut. Selama menunggu, Endang mengaku tergoda untuk mencoba pengobatan alternatif, yaitu sinshe.

Sayangnya, tubuhnya justru menunjukkan efek yang tak diharapkan setelah ia meminum obat-obatan yang berbentuk kapsul dan teh tersebut.

"Flek berubah menjadi gumpalan darah setelah mengonsumsi kamu dari sinshe. Saat dibawa ke dokter, ternyata sudah naik jadi stadium 2," ungkapnya.

Akhirnya, ia pun kembali mundur menjalani oparasi pengangkatan rahim menjadi empat bulan kemudian, yang kemudian dilanjutkan dengan pengobatan radiasi sebanyak 25 kali dan kemoterapi sebanyak 5 kali selama 2 bulan, dan hasilnya bagus.

"Setelah itu saya rutin check up setahun sekali untuk memastikan tidak ada penyebaran," imbuhnya.