Find Us On Social Media :

Ironis! Penyu Hijau di Great Barrier Reef Terkontaminasi Bahan Kimia Berbahaya Hasil Polutan Manusia

By Moh Habib Asyhad, Minggu, 11 Juni 2017 | 18:45 WIB

Penyu hijau

Intisari-Online.com - Lagi-lagi berita menyedihkan seputar dampak kerusakan lingkungan atas kehidupan satwa liar.

Penyu hijau teridentifikasi sebagai korban pencemaran lingkungan The Great Barrier Reef (Karang Penghalang Besar) di Queensland, Australia.  

(Baca juga: Seperti Celengan, Ada 915 Keping Uang Logam dalam Perut Penyu Malang Ini)

Great Barrier Reef adalah kawasan terumbu karang terbesar di dunia yang masuk Situs Warisan Dunia, kerap disebut juga sebagai hutan bawah laut karena menjadi nadi kehidupan berbagai jenis biodiversitas laut.

Enam dari tujuh spesies penyu hidup di sini.

Baru-baru ini para periset Queensland Alliance for Environmental Health Sciences Australia (merupakan bagian proyek "Rivers to Reef to Turtles" yang melibatkan WWF-Australia), menguji sampel darah penyu hijau yang habitatnya di sekitar dua lokasi perkotaan hingga di tiga tempat terpencil sepanjang karang. 

Ternyata—terlepas di mana pun asal habitat—penyu terkena kontaminasi ratusan bahan kimia berbeda.

Beberapa di antaranya kandungan bahan kimia pada obat-obatan, herbisida, pestisida dan kimia industri lain.

Dari analisis spesifik tes darah, ditemukan indikasi allopurinol, salah satu bahan kimia biasa dipakai untuk obat penyakit batu ginjal. 

Menurut pakar kimia University of Melbourne Amy Heffernan, walau substansi kimia berbeda ditemukan pada darah penyu, tapi sudah hampir pasti semuanya merupakan polutan buatan manusia. 

Tinggal di area pesisir teluk, populasi penyu hijau paling rentan serta terpengaruh aktivitas manusia.

Tingginya tikat kematian penyu hijau Great Barrier Reef sudah dilaporkan seiring masifnya kerusakan dalam dekade terakhir.

“Sementara orang mencemari lingkungan dengan timbunan polutan berbahaya tanpa menyadari apa dampaknya; sampah yang kita buang ke wastafel, apa yang kita semprotkan pada tanaman kebun, maupun limbah industri, akan berakhir di lautan atau di tubuh penyu,” tutur Heffernan.

(Baca juga: Inilah Nasib Tubuh Lonesome George, Kura-kura Raksasa Pinta Terakhir di Dunia)

Dia menambahkan, pemantauan paparan kimia di hewan dan tumbuhan laut berat dilakukan.

Sebab jumlah senyawa kimia yang baru masih bertambah terus-menerus. Berdasarkan Chemical Abstract Service, ada sekitar 15.000 senyawa kimia baru didaftarkan tiap harinya.