Find Us On Social Media :

Jenderal Colin Powell, Penyembuh Krisis Militer dan Rasial AS

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 26 Oktober 2018 | 20:00 WIB

Mari Maseng, seorang konsultan politik yang dekat sekali dengan Powell semasa pemerintahan Presiden Reagan di Gedung Putih, menjelaskannya sebagai berikut:

"Dia begitu wajar, tidak dikuasai oleh egonya. Dia itu tepat sekali seperti apa yang Anda inginkan dalam diri seorang tokoh militer. Itulah penangkal sempurna terhadap tindakan keliru yang terjadi di Vietnam dan perkara Iran - Contra."

Memang ada juga banyak kritik. Bagi sementara kelompok kulit hitam yang militan, dia dianggap terlalu lunak.

Bagi sementara kelompok pengecam antiperang, dia seorang jenderal yang mudah merasa senang karena membantu merekayasa suatu rencana menyelamatkan nyawa orang Amerika, tetapi membantai ribuan orang Irak di dalam proses Perang Teluk.

Bagi sementara saingannya yang iri hati, perwira tinggi kulit hitam pertama dan termuda yang pernah menjadi ketua Gabungan Kepala Staf ini dinilai sebagai seorang perwira yang memanfaatkan koneksi-koneksi politik untuk naik melangkahi perwira-perwira yang lebih senior, sampai mencapai kedudukan tinggi.

Bagaimanapun, pandangan di atas cuma berasal dari sekelompok minoritas kecil. Betapa tidak?

Meski akhirnya tidak menjadi kenyataan, sosok heroik Powell pernah menyulut nyala api desas-desus yang gencar tentang kemungkinan dia akan menggantikan Wakil Presiden Dan Ouayle dalam pemilihan presiden tahun 1992.

Baca Juga : Mantan Miss Indonesia Yang Jadi Tentara Amerika, Mau Naik Pangkat Malah Ingin Loncat

Powell sendiri nampaknya memang tidak mau jabatan itu. Jenderal itu memang mudah sekali bergaul dengan para politikus.

Tetapi, teman-teman dekatnya mengatakan, secara pribadi dia tidak suka menonjolkan diri, apalagi mencalonkan diri, dan tidak ingin menerjunkan diri ke dalam bidang politik.  Konon, dia lebih suka diberi kesempatan  sekali lagi menjadi ketua Gabungan Kepala Staf.

Terlepas dari keterkaitannya dengan beberapa atribut kekuasaan dalam pemerintahan, Colin Powell sudah menjadi seorang tokah nasional yang memiliki kemampuan istimewa menjembatani perpecahan rasial.

Jenderal itu tidak mau mendiskusikan pandangan-pandangannya di depan umum. Tetapi teman-temannya mengatakan, dia menggabungkan pandangan-pandangan liberal tentang kebijakan sosial dengan pandangan-pandangan, pertahanannya yang kuat.